Namun, jika bukber dijadikan sebagai ajang pamer dan menyombongkan pencapaian yang secara tidak langsung merendahkan kedudukan orang lain, maka itu merusak pahala ibadah puasa. Apalagi jika bukber dilakukan secara berlebihan hingga meninggalkan salat. Lagi-lagi keseimbangan jadi kuncinya.
Tradisi saling berkirim makanan atau takjil juga besar maknanya. Selama pandemi Covid-19 kebiasaan tersebut mungkin untuk sementara ditinggalkan demi mencegah penyebaran virus. Seiring melandainya pandemi bolehlah kita kembali saling bertamu ke tetanggan kanan kiri. Sambil mengantar makanan kita bisa menanyakan kabar dan sebagainya.
Penting untuk diingat bahwa berbuat baik dan memuliakan tetangga merupakan salah satu perintah Allah kepada umatNya yang beriman dan bertaqwa sebagaimana disebutkan dalam Surat An Nisa ayat 36.
Terlebih lagi kepada tetangga yang membutuhkan dan sedang mengalami kesulitan seperti saat pandemi sekarang. Kerelaan kita bersedekah dan menolong mereka bisa mendekatkan kita ke surgaNya.
Satu hal lagi, kedisplinan kita menerapkan protokol kesehatan selama Ramadan, termasuk saat salat berjamaah juga memiliki nilai muamalah yang sangat besar. Sebab dengan tetap mematuhi protokol kesehatan kita sedang menjaga keselamatan sesama manusia.
Bisa dikatakan penerapan prokes saat menjalankan ibadah merupakan salah satu wujud kesadaran tertinggi tentang keseimbangan antara Hablumminallah dengan Habluminannas. Tentang perlunya kesalehan sosial menyertai kesalehan ritual.
Dengan keseimbangan tersebut semoga kita mampu mencapai derajat taqwa yang baik dan benar seperti tujuan puasa Ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H