Untuk kesekian kalinya saya menyimak kehangatan dan kerukunan di antara mereka. Kehangatan yang tidak dibuat-buat. Kerukunan yang mengatasi perbedaan karena perasaan saling menerima dan menghargai telah merobohkan sekat pembeda.
Kami pun sempat mengantarkan Bu De beribadah ke salah satu gereja di Yogyakarta. Sementara Bu De beribadah, saya dan Ibu cuci mata di Malioboro. Lalu kembali ke gereja untuk menjemput Bu De.
Hal semacam itu tampak biasa bagi kami. Terlebih bagi ibu dan Bu De. Kakak beradik yang berbeda agama, tapi tak menampilkan perbedaan sebagai pemisah. Tak saling menjauhi, justru saling mengasihi dan mendukung.
Bersyukur saya bisa mempelajari toleransi seindah ini dari keluarga sendiri. Sehingga bukan hanya teori dan kata-kata yang saya terima. Sebab Ibu dan Bu De lebih banyak mengajarkannya lewat sikap dan perbuatan nyata yang diam-diam saya kagumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI