Seorang wanita berparas tegas, berambut panjang terikat, berjaket tenun dan mengenakan helm pelindung berjalan di bawah hujan yang disertai petir. Menyusuri aspal dan melewati ribuan orang yang sebagian memandang heran ke arahnya.
Sejumlah kru tim balap tampak  antusias mengabadikan aksinya. Mereka seolah tidak percaya melihat ritual berbeda yang belum pernah muncul di sirkuit manapun di dunia. Seorang Fabio Quartararo pun terhibur. Saat berada di dalam paddock pembalap Yamaha ini menirukan cara Rara mengusir hujan dengan memainkan gelas dan sendoknya. Sayangnya Fabio tak cukup lincah memainkan alat-alat di tangannya itu.
Rara pasti paham konsekuensi yang dihadapinya. Jika hujan terus mengguyur dan balapan dibatalkan, ia akan menjadi sasaran hujatan para netizen Indonesia yang dikenal bar-bar. Ribuan penonton di sirkuit akan meneriakinya. Mungkin pula para penonton akan berniat menagih refund tiket ke Rara jika balapan akhirinya dibatalkan.
Apa jadinya jika balapan MotoGP Indonesia yang telah 25 tahun dinantikan ternyata gagal terlaksana karena hujan yang tak bisa dikendalikan. Mungkin media-media asing dan penonton di penjuru dunia akan menganggap Indonesia dan Mandalika baru saja menyuguhkan "atraksi" yang sia-sia. Cukup menghibur, tapi tak berguna.
Mungkin pula banyak orang yang sejak awal mencibir MotoGP Mandalika akan merasa mendapatkan angin besar untuk semakin menjelek-jelekan hajatan bangsa ini. Walau sebenarnya ada atau tidak ada hujan, mereka tetap tidak akan senang MotoGP Mandalika berjalan sukses. Lihat saja polah seorang mantan Menteri Olahraga yang mencibir balapan Mandalika sebagai sesuatu yang ambyar.
Bukankah memprihatinkan sekaligus memalukan seorang mantan menteri olahraga ternyata tak menghendaki nama bangsanya terangkat lewat olahraga?
Sama halnya dengan banyak di antara kita yang mencaci aksi Rara menaklukan Mandalika dengan caranya. Keyakinan kita memang tak sejalan dengan kerja-kerja yang dilakukan Rara. Tapi keyakinan bukan alat pembenaran untuk menghina seseorang.
Kita tak benar-benar tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh Rara. Di dunia ini lebih banyak hal yang belum kita pahami dibanding yang sudah bisa kita mengerti. Jangan hanya karena kita tidak tahu tentang sesuatu hal, lalu kita menganggapnya sebagai keburukan.
Mungkin Rara juga berdoa seperti kita berdoa memohon kepada Tuhan agar balapan Mandalika terlaksana sampai tuntas. Sedangkan kita tak pernah tahu doa mana dan doa siapa yang akhirnya dikabulkan Tuhan.
Rara pun mengakui adanya izin dan kuasa Tuhan yang menyertai pekerjaanya. Itu diungkapkann olehnya lewat salah satu unggahan di instagram pribadinya @rara_cahayatarotindigo. Ia menyebut pekerjaannya sebagai anugerah Allah buat kebaikan.
Lagipula orang-orang yang menghina pawang hujan sebaiknya perlu memeriksa ulang bagaimana rumahnya dibangun. Jangan-jangan tempat tinggalnya didirikan dengan ritual "menanam sesuatu" saat mulai membuat pondasinya. Mereka yang mencerca pawang hujan apakah tidak tahu jika peresmian gedung tempatnya mencari nafkah diresmikan dengan ritual pecah kendi?