Bukan meremehkan kebutuhan healing. Beberapa orang memang benar-benar membutuhkan healing untuk menangani ketidaknyamanan yang dirasakan.
Namun, melihat fenomena dan tren sekarang, healing seolah menjadi rutinitas. Healing seakan jadi kebutuhan semua orang.Â
Healing bagaikan aktivitas biasa seperti halnya orang makan, minum, jalan-jalan, dan sejenisnya. Healing seperti hal lumrah dan sepele yang bisa dilakukan sesuai keinginan kapanpun.
Mengapa sekarang orang-orang bisa dengan mudah menyatakan dirinya sedang butuh healing?? Apakah sedang ada wabah tekanan mental dan gangguan emosi yang membuat orang-orang mendadak menjadi lemah sehingga merasa perlu healing?? Jenis trauma macam apa yang membuat orang-orang kompak merasa butuh healing??
Saya curiga kalau healing kekinian yang sedang tren sekarang tak lain dan tak bukan merupakan aktivitas pelarian atau luapan keinginan sesaat.Â
Orang-orang yang ingin jalan-jalan, shopping, nongkrong, dan bersenang-senang membutuhkan pembenaran agar aktivitasnya bisa dimaklumi. Healing adalah alat pembenaran tersebut.
Agar aktivitasnya tidak dianggap konsumtif, buang-buang waktu atau buang-buang uang, maka dipakailah label healing. Tentu saja banyak yang hanya sekadar ikut-ikutan.Â
Latah karena tidak ingin ketinggalan tren. Ketika melihat teman-temannya asyik healing sambil makan-makan, jalan-jalan, belanja dan seterusnya, lalu timbul keinginan untuk melakukan healing yang serupa. Lalu mereka membuat janji untuk healing bersama.
Healing bisa menular?? Healing karena latah??? Healing tapi janjian??
Lalu healing dikapitalisasi. Dijadikan alat penjualan dan promosi. Banyak cafe, tempat makan, tempat belanja, tempat nongkrong, hingga tempat wisata berubah menjadi "tempat penyembuhan luka".Â
Menawarkan kesenangan bagi siapapun yang ingin healing. Menjamur pula penawaran paket wisata dan jalan-jalan dengan label "healing trip".