Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Siapkan Lagi "Isoman Kit", meski Tak Berharap Sakit

11 Februari 2022   14:43 Diperbarui: 12 Februari 2022   06:52 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 11 Februari 2022, Covid-19 berulang tahun yang kedua. Terhitung sejak WHO menetapkan nama resmi untuk pneumonia misterius dari Wuhan dengan sebutan Coronavirus Disease 19 (Covid-19) pada 11 Februari 2020. Sedangkan di Indonesia, Covid-19 diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020 oleh Presiden Jokowi.

Terserah hendak berpijak pada pengumuman WHO atau pemerintah Indonesia. Satu yang pasti tak perlu pula mengucapkan "selamat ulang tahun" kepada Covid-19. Kita justru berharap Covid-19 tidak akan panjang umur.

Walau saya memulai bulan ini dengan ketidaknyamanan. Seorang teman pada 4 Februari 2022 lalu mengabarkan sedang isoman. Ia yang masih lumayan muda terpapar Covid-19.

Di grup whatsapp ia sempat curhat mengungkapkan rasa  heran dan kebingungan.  Sebab ia merasa sudah ketat menerapkan protokol kesehatan. Vaksin pun lengkap sudah.

Apa mau dikata ternyata pilek dan demam yang sempat ia rasakan selama 2 malam menjadi penanda virus SarsCov-2 menyerang sel-sel tubuhnya. Ia pun merasa sedikit lemas, walau katanya tak terlalu kepayahan.

Sudah pasti kami teman-temannya lumayan terkejut mendapat kabar tersebut. Namun,  sebisa mungkin kami menghibur dan menguatkannya. "Wes, digawe seneng koyo biasane wae (sudah, dibawa bahagia seperti biasa)", kata seorang di antara kami. Sementara yang lain menawarkan bantuan untuk mengirim cemilan, vitamin, hingga meminjamkan oxymeter.

Meski sekarang teman kami kondisinya semakin membaik, apa yang dialami olehnya membawa pesan  yang sangat penting. Saya menangkap pesan tersebut secara serius. Bahwa gelombang ketiga yang dipicu oleh varian Omicron sebaiknya tidak dianggap remeh.

Ringannya gejala yang ditimbulkan bukan berarti virus Covid-19 telah sepenuhnya melemah. Kenyataan bahwa varian baru lebih mampu menginfeksi kelompok muda usia, para penyintas, dan telah menginfeksi lebih banyak anak-anak menandakan bahwa kewaspadaan tidak boleh berkurang, bahkan perlu ditingkatkan. Termasuk oleh para penyintas seperti saya.

Walau sejumlah negara telah mengendurkan protokol kesehatan sampai ada yang mencabut kewajiban masker, tapi di Indonesia perang masih jauh dari selesai. Belum saatnya kita kembali bebas jalan-jalan, berwisata, dan berkumpul dengan cara-cara lama. Belum saatnya kita melepas masker.

Oleh karena itu, saat mengetahui teman kami terpapar Covid-19, saya putuskan untuk memeriksa kembali "isoman kit" yang ada.

Pertama-tama saya memeriksa stok masker. Ternyata saya masih punya 2 kotak masker bedah 3 ply, 1 kotak masker duckbill, dan 1 kotak masker KN95 yang tinggal separuh isinya. Semua itu saya rasa cukup.

Walau demikian saya putuskan membeli lagi 2 kotak masker bedah untuk dikirimkan ke alamat orang tua. Selama pandemi kebutuhan masker untuk orang tua memang saya yang menyediakan. Meski mereka mampu membeli sendiri, tapi untuk beberapa kebutuhan, termasuk alat kesehatan saya yang memesankan secara daring agar orang tua tak perlu terlalu sering keluar rumah. Dengan saya yang membelikan, mereka pun tak akan bingung menentukan jenis dan kualitas masker. Apalagi banyak beredar masker dengan kualitas "aspal" yang anehnya ditemui di beberapa apotek.

Selanjutnya saya memeriksa oxymeter. Saya membeli alat pengukur kadar oksigen ini secara daring saat terpapar Covid-19 tahun lalu. Setelah dinyatakan negatif sampai dua bulan berikutnya oxymeter ini masih sering saya gunakan. Apalagi saya mengalami gejala longcovid berupa rasa letih dan sakit kepala yang kerap muncul.

Kemudian oxymeter tersebut tak pernah lagi tersentuh selama berbulan-bulan. Bersama dengan kardus kemasannya, oxymeter tersimpan di laci meja. Syukurlah saat kemarin  memeriksa kondisinya, alat ini masih berfungsi.

Selain oxymeter, saya juga memeriksa ulang termometer digital yang dulu menemani saya selama isoman. Semenjak saya membeli termometer inframerah, termometer digital ini tidak pernah digunakan lagi. Padahal termometer lumayan sensitif dan fungsinya bisa menurun jika terlalu lama disimpan tanpa perawatan. Apalagi termometer digital saya ini  pernah terjatuh.

Bersyukur ternyata masih berfungsi dengan baik. Bunyi "beep" masih terdengar sebelum dan sesudah pengukuran dilakukan. Indikator-indikator masih muncul di layar. Hasil pengukurannya pun masih cukup akurat dan tak jauh berbeda dengan hasil pengukuran termometer inframerah.

Selesai dengan urusan oxymeter dan termometer, saya memeriksa stok obat-obatan pribadi. Masih tersedia paracetamol dan obat flu yang masa kadaluarsanya sampai 2023. Namun, hanya tersisa 4 butir ibuprofen.

Oleh karena itu, dua hari lalu saya pergi ke apotek untuk membeli 1 strip (10 butir) ibuprofen. Berkaca pada pengalaman saat terpapar Covid-19 setahun kemarin, saya lebih sering meminum ibuprofen dibanding paracetamol. Jadi tak ada salahnya saya menyediakan lagi ibuprofen untuk melengkapi persediaan obat pribadi.

Memastikan alat-alat masih berfungsi dengan baik (dok. pribadi).
Memastikan alat-alat masih berfungsi dengan baik (dok. pribadi).
Bagaimana dengan vitamin dan suplemen? Saya masih memiliki persediaan vitamin C yang dikonsumsi setiap hari. Selebihnya saya belum merasa perlu menyediakan aneka suplemen, apalagi yang harganya mahal. Dengan tetap berusaha menjaga pola makan dan gaya hidup yang lebih baik, semoga kondisi tubuh bisa terjaga.

Terpenting "isoman kit" berupa masker, oxymeter, termometer, serta obat penurun panas telah saya siapkan. Tentu saya berharap tidak akan menggunakannya lagi dalam keadaan terpapar Covid-19.

Walau demikian tidak ada ruginya menyiapkan keperluan-keperluan tersebut. Agar seandainya terpaksa harus menggunakannya, semuanya telah siap. Jangan sampai bingung atau panik mencari termometer dan oxymeter karena lupa tempat menyimpannya. Jangan sampai saat membutuhkannya, ternyata alatnya rusak atau baterainya habis.

Menyiapkan kembali "isoman kit" bukan berarti cemas menghadapi gelombang ketiga pandemi Covid-19. Peribahasa "sedia payung sebelum hujan" tidak sama artinya kita berharap atau bersedia kehujanan. Namun, setiap orang perlu berusaha yang terbaik sesuai kemampuannya untuk menjaga diri dan orang lain di sekitarnya mengingat Covid-19 merupakan penyakit komunitas.

Alangkah baiknya menyiapkan kembali "isoman kit" di tengah badai Omicron yang semakin meluas. Jika sudah punya termometer dan oxymeter, pastikan masih berfungsi dengan baik. 

Seandainya bukan diri sendiri yang akan menggunakannya, "isoman kit" tersebut akan bermanfaat untuk keluarga, teman, atau tetangga yang barangkali membutuhkannya. Kita bisa meminjamkannya kepada mereka.

Pandemi akan pergi jika setiap orang mau saling jaga dan peduli. Sekali lagi jangan ucapkan selamat ulang tahun pada Covid-19. Mari doakan agar pandemi ini tak panjang umur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun