Pertama-tama saya memeriksa stok masker. Ternyata saya masih punya 2 kotak masker bedah 3 ply, 1 kotak masker duckbill, dan 1 kotak masker KN95 yang tinggal separuh isinya. Semua itu saya rasa cukup.
Walau demikian saya putuskan membeli lagi 2 kotak masker bedah untuk dikirimkan ke alamat orang tua. Selama pandemi kebutuhan masker untuk orang tua memang saya yang menyediakan. Meski mereka mampu membeli sendiri, tapi untuk beberapa kebutuhan, termasuk alat kesehatan saya yang memesankan secara daring agar orang tua tak perlu terlalu sering keluar rumah. Dengan saya yang membelikan, mereka pun tak akan bingung menentukan jenis dan kualitas masker. Apalagi banyak beredar masker dengan kualitas "aspal" yang anehnya ditemui di beberapa apotek.
Selanjutnya saya memeriksa oxymeter. Saya membeli alat pengukur kadar oksigen ini secara daring saat terpapar Covid-19 tahun lalu. Setelah dinyatakan negatif sampai dua bulan berikutnya oxymeter ini masih sering saya gunakan. Apalagi saya mengalami gejala longcovid berupa rasa letih dan sakit kepala yang kerap muncul.
Kemudian oxymeter tersebut tak pernah lagi tersentuh selama berbulan-bulan. Bersama dengan kardus kemasannya, oxymeter tersimpan di laci meja. Syukurlah saat kemarin  memeriksa kondisinya, alat ini masih berfungsi.
Selain oxymeter, saya juga memeriksa ulang termometer digital yang dulu menemani saya selama isoman. Semenjak saya membeli termometer inframerah, termometer digital ini tidak pernah digunakan lagi. Padahal termometer lumayan sensitif dan fungsinya bisa menurun jika terlalu lama disimpan tanpa perawatan. Apalagi termometer digital saya ini  pernah terjatuh.
Bersyukur ternyata masih berfungsi dengan baik. Bunyi "beep" masih terdengar sebelum dan sesudah pengukuran dilakukan. Indikator-indikator masih muncul di layar. Hasil pengukurannya pun masih cukup akurat dan tak jauh berbeda dengan hasil pengukuran termometer inframerah.
Selesai dengan urusan oxymeter dan termometer, saya memeriksa stok obat-obatan pribadi. Masih tersedia paracetamol dan obat flu yang masa kadaluarsanya sampai 2023. Namun, hanya tersisa 4 butir ibuprofen.
Oleh karena itu, dua hari lalu saya pergi ke apotek untuk membeli 1 strip (10 butir) ibuprofen. Berkaca pada pengalaman saat terpapar Covid-19 setahun kemarin, saya lebih sering meminum ibuprofen dibanding paracetamol. Jadi tak ada salahnya saya menyediakan lagi ibuprofen untuk melengkapi persediaan obat pribadi.
Bagaimana dengan vitamin dan suplemen? Saya masih memiliki persediaan vitamin C yang dikonsumsi setiap hari. Selebihnya saya belum merasa perlu menyediakan aneka suplemen, apalagi yang harganya mahal. Dengan tetap berusaha menjaga pola makan dan gaya hidup yang lebih baik, semoga kondisi tubuh bisa terjaga.
Terpenting "isoman kit" berupa masker, oxymeter, termometer, serta obat penurun panas telah saya siapkan. Tentu saya berharap tidak akan menggunakannya lagi dalam keadaan terpapar Covid-19.
Walau demikian tidak ada ruginya menyiapkan keperluan-keperluan tersebut. Agar seandainya terpaksa harus menggunakannya, semuanya telah siap. Jangan sampai bingung atau panik mencari termometer dan oxymeter karena lupa tempat menyimpannya. Jangan sampai saat membutuhkannya, ternyata alatnya rusak atau baterainya habis.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!