Sudah pasti mafia sangat terobsesi pada hasil. Untuk memastikan hasil pertandingan sesuai skenario, mereka akan melakukan beragam cara. Tak melulu dengan menyuap, para mafia juga punya intrik lain untuk mengatur hasil pertandingan.
Di Eropa dan Amerika, para mafia yang sangat terorganisir dan profesional kerap "menyerang" pemain-pemain dengan isu terkait kehidupan pribadi atau keluarga. Kegaduhan diciptakan untuk membuat pemain tertekan sehingga tidak bisa bermain dengan baik. Narkoba dan alkohol juga dipakai oleh mafia untuk menciptakan masalah pada pemain yang ditargetkan.
Bagaimana di Indonesia?
Iklim sepakbola Indonesia saat ini sangat memenuhi syarat sebagai "playground" para mafia. Liga yang kurang profesional, tata kelola yang kurang maju, dan antusiasme publik yang tinggi merupakan kondisi ideal yang diimpikan para mafia.
Oleh karena itu, setiap upaya untuk membawa sepakbola Indonesia menjadi lebih maju dan profesional akan coba digagalkan.Tidak boleh ada perbaikan yang terlalu pesat di sepakbola Indonesia. Sebab iklim sepakbola yang semakin maju dan profesional, tidak akan memberi ruang leluasa pada politik, judi, suap, pencucian uang, dan pengaturan skor.
Orang-orang yang dianggap bisa memberi pengaruh baik pada sepakbola Indonesia perlu diganggu dan dilawan. Oleh karena itu, para mafia juga akan membenci orang-orang seperti Shin Tae Yong.
Apalagi ternyata STY tidak hanya melatih taktik, tapi juga berusaha merevolusi mental para pemain yang diasuhnya. Â Di Timnas Indonesia STY tidak sekadar juru latih, tapi juga seorang pembaharu. Pernyataannya yang secara tegas ingin membangun sistem dan landasan sepakbola Indonesia yang lebih baik dibanding terobsesi pada prestasi memperlihatkan kecenderungannya sebagai pembaharu.
Paradigma STY tentang profesionalisme pemain juga jadi ancaman tersendiri bagi para mafia. Â Ini salah satu alasan utama para mafia membenci STY.
Dalam kamus STY, profesionalisme lebih dari sekadar bermain mengikuti arahan pelatih atau bermain seperti yang diajarkan pada latihan. Paradigma STY ialah meleburkan nasionalisme ke dalam profesionalisme.
Oleh karenanya STY berulang kali mengingatkan para pemain timnas Indonesia untuk bermain seolah-olah siap mati di lapangan demi negaranya. STY tidak menyenangi pemain yang sengaja menghemat tenaga saat bermain. Ia menuntut pemain untuk rajin berlari dan segera bangkit jika terjatuh di lapangan.