Faktor lain yang membuat kulit ayam naik kasta ialah kekuatan  media sosial yang kadang diamplifikasi dengan beberapa gimmick. Jangankan kulit ayam, segelas es teh yang sebenarnya biasa pun bisa menjadi sangat istimewa dengan polesan promosi ala media sosial.
Tren kuliner kulit ayam tidak bisa dilepaskan dari faktor tersebut. Maka tak heran dalam beberapa tahun terakhir pamor kulit ayam sangat melejit. Kulit ayam naik kasta. Efeknya banyak penjual ayam goreng, mulai dari kelas warung tenda hingga gerai cepat saji menyediakan menu kulit ayam secara terpisah.
Menariknya, beberapa kali mampir ke warung ayam goreng  saya lihat banyak orang lebih memilih kulit ayam goreng dibanding ayam goreng. Kebanyakan dari mereka ialah anak-anak muda.
Tentu saja sebagian dari mereka merupakan konsumen setia media sosial yang kemudian menjadi konsumen kulit ayam goreng karena tak mau ketinggalan tren kuliner kekinian. Sebagian lagi memang penggemar kulit ayam yang akhirnya menemukan tempat untuk memuaskan hasratnya. Sedangkan sebagian lagi merupakan penggemar ayam goreng yang biasanya senang memisahkan kulitnya untuk dinikmati terakhir.
Terakhir, mungkin juga ada sebagian yang merasa cukup menikmati kulit ayam sekali saja. Lebih baik kembali ke selera asal. Menyantap ayam goreng dengan sedikit kulitnya yang masih melekat sudah lebih dari cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H