"Manusia-manusia kuat, itu Rachel Venya"
Mari bayangkan di sebuah kelas. Guru bertanya kepara para muridnya.
"Anak-anak, siapa yang ingin mejadi pilot?".
Tak ada yang menjawab. Tiada pula yang angkat tangan. Beberapa murid hanya saling menoleh.
Tentu mereka tahu siapa dan seperti apa pilot itu. Penerbang pesawat yang mampu menembus awan dan melintasi benua. Namun, sekarang agaknya pilot semakin kurang populer dan kalah keren. Kalau urusan menantang, ada profesi lain yang lebih menantang.
"Siapa yang mau jadi dokter?", sang guru mengganti pertanyaan.
Kali ini banyak murid yang saling menoleh. Pertanda antusias. Namun, sang guru kembali melihat hal yang sama. Tak ada yang angkat tangan. Tidak ada satu pun muridnya yang menjawab. Bahkan, si juara kelas pun bungkam.
Apakah mereka tidak tahu kehebatan dokter? Tentu saja paham. Salah satu pekerjaan paling mulia karena menjadi kepanjangan Tuhan dalam menyembuhkan orang sakit dan menyelamatkan nyawa.
Namun, semenjak pandemi Covid-19 profesi dokter tercemar oleh tuduhan dan hoax yang menyebut para dokter telah mengambil keuntungan dengan "men-Covid-kan" pasien. Anak-anak jadi takut menjadi dokter sebab sudah berjuang mati-matian, tapi difitnah. Insentifnya  pun telat dibayarkan. Benar-benar kurang dihargai.
Sang guru mulai heran dan penasaran. Ada apa dengan murid-muridnya? Ia pun kembali bertanya.