Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Soto Babat, Tetap Nikmat Walau Dicap Jahat

22 September 2021   19:21 Diperbarui: 22 September 2021   19:35 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap 100 gram jeroan, usus dan babat sapi mengandung lebih dari 120 mg kolesterol. Jumlah itu lebih banyak dari batas harian asupan kolesterol yang wajar dikonsumsi.

Informasi atau pemberitahuan di atas sudah seperti pengetahuan umum. Banyak orang mengetahuinya layaknya kita menganggap kolesterol sebagai zat jahat penyebab banyak penyakit.

Walau demikian "disclaimer" tentang babat dan kolesterol agaknya tidak terlalu menakutkan bagi penikmatnya. Mungkin karena lidah manusia hanya mencecap rasa enak atau tidak enak. Lidah tidak mendeteksi sisi jahat suatu makanan. Lagipula jahat atau tidak, selagi terasa nikmat maka artinya "silakan lanjutkan mengunyah". Bukankah demikian?

Nyatanya memang demikian. Makanan yang menggunakan babat dan jeroan sebagai isian justru banyak penikmatnya di Indonesia. Bahkan, untuk menu tertentu harga olahan babat setara ataumalah lebih mahal dibanding menu sejenis yang menggunakan daging.

Padahal, secara logis babat yang sering dianggap sebagai "bahan sisa" atau "jaringan menjijikan" karena wujudnya kurang menarik dan berbau tidak akan menggugah selera. Tidak mungkin cita rasanya menyaingi kenikmatan olahan daging.

Potongan babat dalam soto (dok. pribadi).
Potongan babat dalam soto (dok. pribadi).

Namun, keajaiban dapur orang Indonesia dan sentuhan ajaib bumbu-bumbu nusantara ternyata bisa menyulap babat menjadi sesuatu yang nikmat. Begitu nikmatnya sehingga kandungan kolesterol di dalamnya seolah tidak dianggap lagi sebagai sesuatu yang jahat.

Saya termasuk penikmat babat. Dengan catatan sudah diolah sampai tidak berbau lagi.

Olahan babat yang saya senangi ialah soso babat. Memang tidak tidak terlalu sering saya menyantapnya. Walau demikian pada setiap kesempatan menjumpai soto babat, saya selalu punya selera terhadapnya. Sebab saya memang penyuka soto. Semangkuk soto hampir tak pernah gagal memancing nafsu makan saya.

Khusus soto babat ada alasan subyektif tersendiri yang membuat saya bisa menikmatinya. Sampai detik ini saya tidak menyukai jeroan sapi dan kambing yang berupa usus, paru, dan hati. Akan tetapi dengan babat lain cerita. Babat bisa diterima dengan baik oleh lidah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun