Di tengah keterbatasan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi pasien Covid-19, kepedulian warga terhadap sesama menjadi penolong yang besar maknanya. Pasien isolasi mandiri pun tak merasa sendiri.
Saya tak sempat menghitung berapa banyak kantung plastik yang tergantung di pagar rumah. Yang pasti hampir setiap hari saya berulang kali mengambil paket bungkusan berisi makanan, minuman, sayur, dan buah-buahan pada pagi, siang, sore, hingga malam.
Susu dan Pisang dari Tetangga
Suatu malam ketika sudah mulai beristirahat, saya ditelpon tetangga yang baru saja meletakkan hantaran di atas pagar. Ia meminta saya untuk segera mengambilnya karena hari sudah gelap. Khawatir hantaran itu basah terkena hujan atau hilang diambil orang.
Saya pun bergegas menuju teras dan mendapati satu kantung plastik besar di atas pagar. Isinya empat kotak susu masing-masing volume 900 ml dan beberapa botol minuman vitamin C 1000 mg.
Keesokan paginya terdengar suara orang memanggil dan mengetuk pagar garasi di samping rumah. Suaranya terdengar samar karena saya masih di dalam kamar. Saat melangkah ke garasi, saya mendapati dua sisir pisang tergantung di sana.
Sebagian pisang itu kemudian saya rebus untuk membangkitkan kembali nafsu makan. Tiga sampai 4 hari pertama saya kehilangan selera makan.Â
Lidah seolah tidak enak mengecap. Gangguan lambung menambah masalah. Kebetulan saya suka pisang. Buah ini mungkin bisa menjadi pancingan untuk menormalkan nafsu makan saya.
Pada hari yang berbeda, masih pada awal-awal isolasi mandiri, seseorang datang menghantarkan sebuah bungkusan. Diletakkan olehnya bungkusan itu di pagar depan.
Saya yang terkejut karena tidak sedang belanja atau memesan apapun diberi tahu bahwa itu gratis dari pemilik toko dekat tempat tinggal. Isinya tiga buah lemon dan beberapa sayuran segar. Teh lemon atau sari lemon hangat akan sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan vitamin guna mendongkrak imunitas saya.