Ramadan tahun lalu saya lewatkan beberapa hari tanpa berpuasa. Bermula pada Kamis, 7 Mei 2020 ketika mendadak badan saya terasa lemas, pusing, lalu menyusul rasa tak nyaman di perut. Segera  saya menyadari ada yang salah dengan kondisi kesehatan saya.
Saat itu saya putuskan untuk membatalkan puasa dengan meminum segelas air putih. Akan tetapi kondisi tubuh tak segera membaik. Bahkan, setelah mengisi perut dengan biskuit dan makanan berat saya tetap merasa tidak baik-baik saja.
Kondisi semacam itu jarang sekali saya alami sebelumnya. Puasa pada tahun-tahun yang lalu bisa saya jalani dengan relatif lancar.
Sakit Saat Puasa
Tak mau mengambil risiko, saya memeriksakan diri ke IGD sebuah rumah sakit dekat kampus UGM. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, diputuskan saya harus bersabar di atas ranjang rumah sakit sore itu juga. Menurut dokter kondisi tubuh saya menurun, ada gangguan lambung, dan kemungkinan lain yang perlu diobservasi lebih lanjut.
Alhamdulillah, beberapa hari kemudian saya pulih dan secara umum tidak ada yang parah. Walau demikian sebelum meninggalkan rumah sakit dokter berpesan agar saya tidak langsung berpuasa. Jika dalam satu sampai dua hari tidak muncul keluhan lagi, baru saya bisa melanjutkan puasa.
Salah satunya saya tak boleh menyepelekan kebutuhan nutrien. Meski jarang sakit, bukan berarti kondisi tubuh saya akan terus berada pada keseimbangan dan daya tahan yang baik setiap waktu. Buktinya, saya bisa tiba-tiba sakit sampai terbaring di rumah sakit.
Maka semenjak saat itu sambil terus memperbaiki pola tidur, pola makan, dan mengendalikan pikiran atau stres, saya pun rutin mengonsumsi suplemen. Saya memilih suplemen alami, yakni madu. Selain karena khasiatnya, madu juga cocok dicampurkan ke dalam teh yang suka saya minum.
KOJIMA, Satu Sendok Penuh Kebaikan
Dari pengalaman tahun lalu pula, pada Ramadan kali ini saya tetap mengonsumsi madu. Sebab pada dasarnya selama berpuasa jumlah makanan dan minuman yang masuk ke tubuh terbatas. Kondisi ini bisa membuat tubuh mudah lelah atau sakit.
Oleh karena itu perlu asupan tambahan yang bisa cepat diserap tubuh dan kaya nutrien. Salah satu yang terbaik ialah madu.
Madu yang saya konsumsi sekarang sangat istimewa. Namanya KOJIMA, Madu dengan 3 kebaikan yaitu korma, jinten (habbatussauda), dan madu.
Melihat komposisi tersebut, bisa dipastikan khasiatnya lebih dari cukup untuk membantu menopang kesehatan tubuh selama berpuasa. Sekaligus memperkuat daya tahan tubuh yang diperlukan untuk bisa beraktivitas lancar di tengah pandemi Covid-19 yang membuat kita rentan tertular virus.
Meminum madu mempercepat pembersihan racun dalam tubuh. Itu sebabnya madu baik bagi pemulihan setelah atau selama sakit.
Senyawa aktif di dalam madu melindungi saluran pencernaan dan pada saat yang sama mendorong metabolisme sehingga madu efektif untuk mengontrol berat badan, tekanan darah, serta kadar kolesterol.
Sedangkan Korma atau Kurma (Phoenix dactylifera) merupakan bahan pangan istimewa yang juga berkhasiat sebagai obat-obatan. Meski ukuran buahnya kecil, korma sangat kaya nutrien. Â
Kandungan zat gula dalam korma bisa lebih dari 80% sehingga baik dikonsumsi saat berbuka puasa karena bisa menyediakan energi secara cepat. Korma juga mengandung banyak vitamin B, mineral, asam-asam amino dan serat. Beberapa mineral penting dalam buah korma ialah kalium, natrium, magnesium, dan fosfor.
Ekstrak buah korma memiliki aktivitas antikanker, antidiare, antiinflamasi, antijamur, antidiabetes, dan antihipertensi. Ekstrak buah korma mampu menetralkan racun pada hati dan memperbaiki kondisi ulkus lambung.
Secara spesifik, pengujian zat aktif di dalam Jinten Hitam menunjukkan aktivitas antibakteri, antiinflamasi, antikanker, antitumor, antidiabetes, antihipertensi, antiasma, imunomodulator, dan banyak lagi.
Hal yang membuat Jinten Hitam semakin istimewa ialah khasiatnya bisa dikombinasikan dengan bahan-bahan alami lainnya. Salah satu contohnya ialah KOJIMA yang mengkombinasikan Jinten Hitam dengan Korma dan Madu.
Beruntung sekali ada KOJIMA. Sebab untuk mendapatkan banyak nutrien dan bahan-bahan berkhasiat di atas kita tak harus mengonsumsinya secara terpisah satu per satu. Cukup dengan mengambil sendok dan menuangkan Madu KOJIMA ke dalamnya. Satu sendok itu sudah penuh dengan kebaikan korma, jinten, dan madu.
Puasa Tanpa Keluhan
Walau terdiri dari 3 komponen utama yang berbeda, KOJIMA tetap memiliki rasa dominan khas madu yang legit. Sedangkan manisnya kurma juga bisa dirasakan. Tercium tipis pula aroma jinten. Di samping ada sedikit jejak aroma dan rasa asam jawa yang segar.
KOJIMA memiliki kekentalan sebaik madu dengan kualitas terbaik. Ini terlihat saat dituang atau diaduk, aliran Madu KOJIMA bergerak lambat dan tidak mudah ambyar. Â KOJIMA juga tidak terlalu lengket. Sedangkan warnanya yang coklat kehitaman mengingatkan saya pada madu pekat yang kaya antioksidan.
Manfaat meminum KOJIMA saya rasakan betul selama berpuasa pada Ramadan kali ini. Tidak ada keluhan sakit seperti yang saya alami setahun kemarin. Sejauh ini saya mendapatkan kondisi tubuh yang lebih segar selama berpuasa, walau harus memulai aktivitas sejak pagi.
Sementara saat berbuka, KOJIMA memasok kembali sejumlah nutrien yang hilang selama berpuasa. Pilihan meminum KOJIMA saat berbuka lebih fleksibel bagi saya. Kadang saya meminumnya setelah tarawih sebagai persiapan menjelang tidur. Sebab KOJIMA bisa membantu saya tidur lebih nyenyak.
Ini penting bagi saya yang kerap mengalami gangguan tidur. Akan sangat tidak baik jika selama berpuasa saya kurang tidur. Selain bisa terlambat sahur, kurang tidur juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah didera sakit.
Semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan lancar sampai hari kemenangan nanti. Dengan daya tahan tubuh serta kesehatan yang semakin baik berkat KOJIMA kita pun berharap bisa bersama-sama memerangi pandemi Covid-19 sesegera mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H