Puas mengitari kaleng-kaleng biskuit, saya menuju tempat di mana barang yang ingin saya beli berada. Berjalan lebih ke dalam saya menemukan tisu wajah dan tisu basah yang saya butuhkan.
Lalu saya bergeser memutar ke arah samping yang merupakan terusan menuju bagian kiri depan swalayan tempat kasir berada. Saat itulah mata saya bertumbukkan dengan sesuatu yang istimewa lainnya. Botol-botol sirup diatur berjejer.
Agak ngeri sebenarnya melihat tumpukan semacam itu. Saya bayangkan jika tersenggol sedikit saja, misalnya oleh anak-anak, mungkin beberapa botol akan meluncur ke lantai dan pecah berantakan.
Penempatan botol-botol sirup di area dekat kasir menurut saya merupakan trik jitu dari pengelola swalayan. Seolah paham bahwa botol-botol itu akan mudah menggoda pengunjung.
Paling tidak pengunjung yang awalnya tidak berencana membeli sirup, tapi karena lokasinya di dekat kasir, maka selama menunggu giliran membayar akan menimbang-nimbang untuk mengambil sebotol atau dua botol itu. Meminum sirup dengan es batu saat buka puasa tak pernah salah, bukan?
Seperti tumpukan biskuit aneka rasa, susunan botol-botol sirup oranye, cocopandan, melon, leci, sirsak dan sebagainya itu juga menjadi pertanda nyata datangnya Ramadan. Tanpa harus dibubuhi label "promo murah Ramadan" kita sudah paham bahwa tanda-tanda awal Ramadan sudah terlihat dengan melihat tumpukan kaleng biskuit dan susunan botol sirup.
Oleh karena itu, masihkah perlu sidang Isbat digelar untuk menetapkan awal Ramadan kalau di swalayan saja tanda-tandanya sudah tampak nyata?
Tentu, sidang penetapan awal Ramadan tetap perlu digelar sebagai wujud peran negara dan pemerintah dalam memberikan kepastian bagi warganya yang hendak berpuasa. Namun, pada sidang Isbat yang akan digelar pada 12 April 2021 esok, Kementerian Agama agaknya perlu memberikan satu undangan tambahan.
Selain mengundang perwakilan ormas-ormas Islam dan ahli astronomi, perwakilan dari perhimpunan retail Indonesia mungkin bisa diajak. Sebab selain pengamatan hilal di atas cakrawala, ada "hilal" lain yang terlihat di swalayan sebagai tanda awal Ramadan. Yakni, tumpukan kaleng biskuit dan botol sirup.
Saat melihat kaleng-kaleng biskuit dan botol-botol sirup itu, ada rasa haru dan senang yang segera merayap di dalam hati. Rupanya Ramadan akan dijelang sebentar lagi. Ternyata tak terasa setahun telah lewat dan bulan suci itu kini di depan mata lagi. Memang belum pasti saya dan kita akan menemui Ramadan yang tinggal hitungan hari lagi. Manusia tak pernah tahu panjang usianya.
Walau demikian, sebentuk syukur tidak bisa tidak saya lambungkan. Marhaban, ya Ramadan.