Kebijakan baru sepantasnya membawa makna dan harapan baru. PPKM sebenarnya boleh dipandang sebagai babak baru penanganan pandemi di Indonesia.
Sayangnya itu mungkin takkan kita dapati. Jika mencermati instruksi Mendagri Nomor 1 Tahun 2021, PPKM Jawa-Bali hanya sekadar PSBB versi 2021. Tak ada perubahan mendasar dalam esensi PPKM. Bahkan bisa jadi lebih lembek dari PSBB. Sebab PPKM hanya menitikberatkan pada pembatasan, bukan pelarangan.
Setiap daerah ternyata punya diskresi untuk menetapkan PPKM. Ambil contoh DIY yang dalam Instruksi Gubernur DIY nomor 1/INSTR/2021 akan menerapkan pembatasan work from home hanya sebesar 50%. Padahal instruksi pemerintah pusat menetapkan work from home sebesar 75%. Sementara Kota Surabaya hendak menawar agar PPKM tak perlu diterapkan di kota tersebut dengan sejumlah alasan.
Dengan kata lain disharmoni akan kembali membuat PPKM bernasib sama seperti PSBB yang gagal karena tak ada sinergi dan kekompakkan. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa lingkaran setan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia belum berubah meski nama kebijakannya terus berubah. Rantai kebijakan dari pusat hingga daerah mudah terputus karena himbauan dan instruksi pemerintah pusat sering tak sejalan dengan pelaksanaanya di daerah.
Kini setelah hampir 1 tahun dicekam pandemi, kita tampak kebingungan dan serba gamang mengambil tindakan. Kita seolah tidak serius menangani pandemi. Akhirnya hanya menciptakan banyak kosakata yang lebih pantas diusulkan masuk ke dalam kamus bahasa.
Pra PSBB, PSBB, PSBB Humanis, PSBM, PSBB Transisi, PSBB Ketat, dan PPKM adalah daftar panjang dari "kolaborasi banyak kegagalan". Yakni, masyarakat yang abai, pemerintah yang tidak tegas, inkonsistensi kebijakan, serta pemerintah daerah yang malas.
Jangan-jangan para pejabat kita sudah mulai rapat untuk merancang nama dan istilah baru lagi. Mungkin kalau akhirnya diterapkan "lockdown" namanya akan menjadi "PPKM revisi", "PPKM revisi update", dan "PPKM fix!".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI