Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

2021 Silakan Marah, tapi Jangan Menyerah!

2 Januari 2021   12:58 Diperbarui: 3 Januari 2021   05:08 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana kita memulai tahun baru bisa jadi menentukan jalannya sepanjang tahun dan seperti apa kita akan mengakhirinya nanti.

Saya hampir saja memulai tahun 2021 dengan menggerutu. Melihat bagaimana lalu lintas jalanan pada 31 Desember 2020 membuat saya tak habis pikir. Orang-orang itu jelas punya pilihan yang lebih baik daripada sekadar keluar, berkumpul, dan berkeliaran merayakan pergantian tahun.

Berlibur, rekreasi, dan bersenang-senang memang hak setiap orang. Tapi nilai kesenangan seperti apa yang mampu diciptakan di tengah pandemi seperti sekarang kalau senang-senang yang kita lakukan mungkin akan jadi awal dari kesusahan yang sedang menunggu di depan?

Akhirnya saya berhenti menggerutu ketika Tuhan turun tangan. Lewat hujan yang mengguyur sejak sore dan terus berlanjut sampai malam hari, Tuhan menertibkan orang-orang yang semula berniat untuk berkumpul dan bersenang-senang.

Mungkin jika malam pergantian tahun kemarin hujan tak turun, akan lebih banyak orang yang tetap berkeliaran seolah esok hari sudah pasti baik-baik saja. Derasnya hujan jelas merupakan cara Tuhan untuk mengingatkan kita semua.

Saya juga nyaris mengawali tahun 2021 dengan berkeluh kesah. Menyimak pesan pergantian tahun yang disampaikan oleh Presiden Jokowi rasanya tak memberi banyak harapan tentang perubahan penanganan pandemi.

Sebab lagi-lagi Presiden Jokowi lebih menekankan ekonomi, ekonomi, dan ekonomi. Juga tentang vaksin yang seolah dianggap sebagai cara instan untuk melenyapkan pandemi Covid-19.

Entah mendapat bisikan dari mana hingga Presiden mengumbar pernyataan vaksinasi yang katanya akan dimulai pada pertengahan Januari 2021. Sementara Biofarma, pihak yang ditugaskan untuk menyiapkan vaksin, memberi isyarat bahwa vaksinasi baru akan siap pada Maret 2021.

Oleh karena itu, kita pantas mengkritik bahasa dan komunikasi Presiden Jokowi yang seolah-seolah hanya bergantung pada vaksin sebagai cara instan. Sementara kunci utama pengendalian pandemi, yakni 3T (Tracing, Testing, dan Treatment) tidak disentuh secara maksimal. Hingga sekarang jumlah testing dan tracing Indonesia masih jauh di bawah standar. Sedangkan kapasitas rumah sakit yang jadi garda untuk treatment semakin kewalahan.

Sangat disayangkan Presiden Jokowi belum mengubah pendekatan penanganan pandemi yang selama 2020 terbukti tak berhasil memutus mata rantai penularan Covid-19 secara maksimal. Seolah-olah hanya masyarakat yang dituntut untuk lebih disipilin menjalankan 3M. Sementara 3T dilakukan seadanya.

Presiden Jokowi harus segera menyadari bahwa meski vaksinasi Covid-19 perlu didukung, tapi mengumbar narasi bahwa vaksin bisa segera membuat pandemi sirna merupakan kekeliruan. Itu akan membuat pemerintah-pemerintah daerah semakin malas melakukan 3T.

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih jauh dan tidak akan selesai dalam hitungan bulan. Paling cepat baru pada 2022 target vaksinasi bisa terpenuhi.
Bahkan, Kementerian Kesehatan memperkirakan Indonesia butuh waktu 3 tahun untuk mencapat target vaksinasi Covid-19. Artinya sepanjang tahun 2021 kita masih akan dan harus berjuang keras untuk bertahan dari cekaman Corona.

Kalau beberapa hari lalu harian Kompas menayangkan headline "Tahun 2020, Bersyukur Mampu Bertahan", maka pada 2021 pun kita sebenarnya masih mengharapkan yang sama. Yakni sekadar mampu bertahan.

Sekarang penting bagi Presiden Jokowi untuk menepati ucapannya pada pertengahan 2020 silam. Ketika itu ia mengatakan akan menjadikan aspek kesehatan menjadi prioritas penanganan pandemi. 

Sebaiknya jangan terus menerus berpidato soal pemulihan ekonomi. Lebih baik membuat kebijakan yang berfokus pada pemutusan mata rantai penularan Covid-19, pembatasan sosial, dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan yang terancam kolaps.

Jika tidak, penanganan pandemi di Indonesia pada 2021 tak akan banyak berubah, meskipun mengandalkan suntikan vaksin yang dianggap  cara instan. Padahal tak ada cara instan untuk mengatasi pandemi.

Maka dari itu masyarakat pantas resah karena pandemi mungkin akan berlarut-larut di negeri ini. Kita pun pantas marah jika hanya masyarakat yang selalu dipersalahkan.

Namun, sesuatu mengingatkan saya untuk tak berlama-lama menggerutu dan marah. Menggerutu dan marah memang diperkenankan. Akan tetapi ada yang lebih penting.

Maka pada Jumat, 1 Januari 2021, saya dan beberapa teman pun melangkah keluar. Meneruskan kegiatan yang sudah dilakukan sejak tahun 2020 lalu.

Lega rasanya menjumpai orang-orang yang tetap menggunakan masker. Kepada mereka kami titipkan pesan agar tetap menggunakan masker dan mencuci tangan.

Sambil menitipkan pula sebungkus makanan, beberapa lembar masker, dan sebotol hand sanitizer, terselip harapan kami agar mereka selalu sehat dan tak menyerah. Mungkin mereka tidak punya banyak pilihan. Akan tetapi kenyataannya mereka tak banyak menggerutu dan tak sempat marah pada keadaan. Itu jauh lebih baik.

Paling tidak mereka lebih baik dibanding orang-orang yang selalu banyak alasan untuk melepas maskernya saat kumpul-kumpul. Mereka lebih baik dibanding orang-orang yang mengaku bosan dengan pandemi, tapi tak mau mematuhi protokol kesehatan.

Sementara kita yang punya pilihan-pilihan, silakan menggerutu. Tapi jangan hanya menunggu.

Boleh marah pada keadaan, marah pada pandemi, tapi coba salurkan kemarahan itu dengan melakukan sesuatu yang mungkin bisa membawa perubahan menuju keadaan yang lebih baik.

Silakan marah, tapi jangan menyerah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun