Cobaan dan ujian tak henti mendera imam besar kesayangan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab. Setelah terpaksa mengasingkan diri selama 2 tahun di tanah gurun Arab Saudi lalu kembali ke Indonesia dengan harapan hidup tenang, masalah-masalah baru malah berdatangan.
Sekarang habib diketahui sedang menyepi lagi. Konon ia mengisolasi diri karena terpapar Covid-19. Jika benar ini akan memukul para pengikutnya. Sebab habib diyakini kebal terhadap penyakit. Apalagi pernah ada yang mengatakan kalau Covid-19 hanya menyerang orang-orang yang tak beriman. Jadi mana mungkin habib terkena Covid-19?
Kemudian keberapa hari lalu 6 pengawal setianya ditembak polisi. Ini sangat memukul perasaan habib.
Seolah belum cukup, habib kembali dizalimi. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi dan dipersalahkan atas kerumunan terlarang yang berlangsung di Petamburan.
Kemungkinan ia pun akan menjadi tersangka pada kasus-kasus lain. Di antaranya kerumunan di Megamendung dan skandal tes swab di RS UMMI. Ditambah lagi dugaan melawan petugas dan hasutan. Semua itu sedang didalami oleh kepolisian.
Tentu saja status tersangka tidak pantas bagi habib yang suci. Apalagi ada kabar polisi akan menangkap habib karena dianggap selalu menghindari pemeriksaan polisi.
Ini berlebihan karena habib seperti buronan. Padahal, menurut Pak Jusuf Kalla, habib orang yang taat pada hukum. Jadi, memperlakukan habib seperti buronan sama halnya polisi tidak menghargai kata-kata mantan Wakil Presiden. Keterlaluan sekali.
Lagipula kasus yang disangkakan pada habib terkesan mengkriminalkan ulama. Kok bisa acara doa bersama dijadikan sumber kesalahan? Berkumpul memanjatkan doa justru bisa mendatangkan faedah dan kebaikan. Sebab dengan doa bersama Corona bisa dikalahkan. Gelombang suara dari doa-doa yang keras bisa menghancurkan virus.
Apakah aparat tidak menyukai kegiatan keagamaan. Apakah pemimpin negara ini tidak senang dengan ulama? Mengapa ulama besar sebaik Habib Rizieq selalu dikriminalisasi?
Habib sepertinya memang kurang cocok tinggal di Indonesia. Sebab negara ini tidak mampu memahami misi mulia yang dibawa olehnya. Maka dari itu selayaknya habib mendapatkan tempat yang lebih sesuai.
Ulama terpandang sekelas Habib Rizieq pasti tidak sulit menemukan tanah baru untuk didiami. Ada banyak negara yang sesuai dengan passion dan gairahnya. Negara yang aparat dan pemimpinnya tidak suka mengkriminalisasi ulama.
Paling tidak ada 4 negara yang bisa cocok bagi Habib Rizieq. Negara-negara berikut mungkin akan menerima habib dengan lebih hangat. Dan yang terpenting habib bisa mengekpresikan misinya di negara-negara ini.
Pertama ialah Rusia. Tidak banyak yang tahu jika bekas negara superpower ini memiliki populasi pemeluk Islam terbesar di Eropa. Bahkan, menurut catatan sejarah, Islam lebih dulu menyentuh tanah Rusia sebelum sampai ke beberapa wilayah Asia. Beberapa keturunan nabi dan makam mereka juga ada di Rusia.
Di Rusia habib tidak akan kesulitan mendapatkan penggemar. FPI chapter Rusia bisa pula ia kembangkan.
Sedikitnya 25 juta penduduk Rusia beragama Islam. Itu data beberapa tahun lalu dan kemungkinan besar jumlahnya terus bertambah karena Islam di Rusia semakin menggeliat.
Mirip dengan Indonesia, secara demografi Rusia merupakan bangsa yang majemuk. Berbagai suku bangsa dan etnis berhimpun di sana. Sebanyak 57 etnis di antaranya mewakili populasi muslim. Walau demikian, jejak komunisme era Soviet tetap masih mudah dijumpai.
Sebagai ulama yang gemar menggaungkan perlawanan terhadap komunis, Habib Rizieq tentu akan senang tinggal di Rusia. Sebab di negara itu ia akan menemukan tantangan yang nyata.
Di Rusia adrenalin habib akan terpacu menghadapi Vladimir Putin. Tentu saja melawan Putin lebih bergengsi bagi habib dibanding menghadapi pemimpin-pemimpin Indonesia yang lemah. Sebagai ulama besar, level Habib Rizieq sejajar dengan pemimpin-pemimpin kelas dunia.
Ceramah-ceramah habib akan menemukan sasaran utamanya di Rusia. Berada di negara yang pernah menjadi jantung komunis dunia pasti menyenangkan bagi habib. Dibandingkan memburu komunis di Indonesia yang sudah lama mati, akan lebih baik bagi habib berjihad langsung di Rusia.
Negara kedua ialah Turki. Selama ini para pemuja Habib Rizieq gemar mengelu-elukan sosok Recep Tayyip Erdogan. Pemimpin Turki tersebut kerap dibanding-bandingkan dengan presiden Indonesia. Pendukung habib bahkan sering menyatakan ingin punya pemimpin seperti Erdogan.
Tentu saja Erdogan lebih hebat dari pemimpin dunia manapun. Bagi habib dan pendukungnya, Erdogan adalah sosok idaman. Tidak suka mengkriminalisasi ulama dan yang terpenting Erdogan berani melawan kezaliman asing.
Kebaikan Erdogan akan membuat Rizieq nyaman di Turki. Di negara hibrida Asia-Eropa itu, habib akan lekas betah dan merasa seperti di rumah sendiri.
Dari Turki, habib bisa lebih leluasa menggaungkan perlawanan terhadap Amerika dan Eropa yang gemar menyebarkan Islamofobia. Duet Erdogan dan Habib Rizieq pasti akan mengguncang dunia.
Negara ketiga yang bisa dituju habib ialah Suriah. Sebagai ulama yang menyukai tantantangan keras, Suriah bisa menjadi tempat pembuktian kehebatan Habib Rizieq.
Segala macam persoalan khas Timur Tengah ada di Suriah. Pergolakan di Suriah merupakan salah satu yang paling lama dan keras di kawasan jazirah. Persinggungan tiga ideologi, pertarungan politik, perebutan ladang minyak, hingga pemberontakan demi pemberontakan adalah warna-warni Suriah.
Sosok seperti Habib Riziew pasti akan bergairah menghadapi semua itu. Apalagi penduduk Suriah sangat sering berdemonstrasi. Ini sesuai dengan passion yang dimiliki habib.
Habib bisa menjadi mentor yang baik untuk membangun gerakan massa yang efektif dan bertekanan tinggi. Kegemilangan gerakan 212 di Indonesia barangkali bisa menginspirasi gerakan demonstrasi di Suriah.
Selain itu Suriah juga berbatasan dengan Irak dan Turki. Jika terdesak di Suriah, habib bisa melarikan diri ke dua negara itu.
Negara keempat yang bisa dipilih oleh habib ialah Sudan Selatan. Negara ini sangat tidak stabil karena dirongrong perang saudara.
Sebagai negara baru, Sudah Selatan pasti membutuhkan pemimpin pemberani, keras, dan tidak takut pada ancaman apapun. Cocok dengan karakter habib yang selama ini tak gentar meski dizalimi terus-menerus di Indonesia.
Apalagi konflik di Sudan Selatan juga dibumbui isu ketidakadilan antar etnis Arab dan Afrika. Sebagai keturunan Arab, Habib Rizieq pasti bisa menjadi penengah.
Selain itu, di Sudan Selatan kepercayaan animisme masih banyak dianut. Tentu saja ini jadi kesempatan yang baik bagi habib untuk menuntun penganut animisme menemukan hidayah.
Sudan Selatan juga terlihat sesuai dengan salah satu kebiasaan habib. Jika selama ini habib suka bersembunyi di balik tembok-tembok bangunan, di Sudan Selatan habib bisa bergerilya di Sub-Sahara.
Itulah empat negara yang bisa menjadi tujuan hijrah Habib Rizieq Shihab jika terus menerus dizalimi di Indonesia. Empat negara tersebut rasanya paling sesuai dengan kehebatan habib.
Empat negara itu oleh Global Peace Index (GPI) 2020 dilabeli merah, yakni negara paling tidak aman di dunia. Empat negara tersebut mengalami tren kemunduran yang mencolok dari aspek keamanan, konflik, dan militer. Habib Rizieq yang pemberani dan menyukai tantangan pasti akan terlihat hebat di sana.
Apakah Indonesia rela ditinggal Habib Rizieq? Tentu saja tidak apa-apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H