Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Juliari Orang Baik dan Suka Berbagi, Ini Buktinya

7 Desember 2020   07:33 Diperbarui: 7 Desember 2020   08:09 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Juliari sebelum jadi pesakitan KPK (foto: IG Kemensos RI).

Minggu mestinya hari yang bahagia. Hari saat orang-orang lepas dari beban pikiran buruk. Hari ketika hanya hal-hal menyenangkan yang dikerjakan dan setiap orang hanya ingin mendengar kabar baik.

Namun, naas bagi rakyat Indonesia. Sebab Minggu paginya dipaksa untuk menelan sarapan berita: "Menteri Sosial Jadi Buronan KPK", "Menteri Sosial Menyerahkan Diri", dan "Menteri Sosial Korupsi Bansos Pandemi".

Percaya atau tidak percaya, itulah yang terjadi. Suka atau tidak suka, itulah kemalangan kita sebagai rakyat Indonesia yang uangnya terus menerus dicuri pejabat.

Padahal, baru pekan lalu kita menerima kenyataan seorang menteri "ketagihan" lobster. Kini seorang koleganya tak mau kalah. Kompak ingin mengenakan rompi oranye KPK. Parahnya yang "dimakan" adalah bantuan sosial yang mestinya dinikmati oleh rakyat yang sedang kesusahan akibat pandemi.

Kejam, keji, tak punya nurani, dan entah apalagi sebutan yang patut disematkan pada orang-orang tega yang mengambil untung dari bantuan sosial untuk orang lain. Jumlahnya bukan jutaan rupiah lagi, tapi berbilang milyar. Sebab untuk setiap paket sembako yang dibagikan, ada Rp10.000 yang dikutip. Totalnya mencapai lebih dari Rp20 Miliar.

Namun, meski sedang marah dan sedih, rakyat Indonesia yang budiman sebaiknya jangan terlalu berburuk sangka. Kita mesti ingat pesan seorang "super menteri" beberapa waktu lalu saat membela mantan Menteri Kelautan dan Perikanan. Katanya pada waktu itu, KPK jangan berlebihan karena Pak Edhy orang baik.

Tentu saja kita harus percaya bahwa semua orang pada dasarnya baik, kalau sedang tidak berbuat jahat. Begitu pula semua koruptor pada dasarnya orang baik, sebelum kebusukannya terbongkar.

Jadi, Pak Juliari pun adalah orang baik. Sehingga KPK dan masyarakat jangan lebay. Mana mungkin menteri sosial berjiwa korup?

Kalau diliat dari pembawaannya, suaranya saat bicara, serta gesture tubuhnya, ia terlihat alim dan rendah hati. Bahkan, sesaat usai diborgol KPK kemarin ia sempat buka suara untuk memohon doa.

Kurang alim apa coba? Di kala susah sekalipun ia masih ingat doa. Itu ciri-ciri orang alim. Tak mungkin orang alim melakukan perbuatan yang diajarkan setan seperti korupsi dan suap.

Beliau orang baik. Hidupnya dipenuhi semangat mengabdi. Buktinya, pada 1 Desember 2020 lalu ia baru saja mendapatkan penghargaan "Dedikasi dan Pengabdian Tanpa Batas" dari salah satu majalah bergengsi.

Tak mungkin orang yang berdedikasi tinggi mencontohkan korupsi dan menerima suap. Buktinya beberapa bulan lalu saat diwawancara oleh salah satu media untuk membahas anggaran basos, Pak Juliari berkata dengan penuh meyakinkan bahwa pejabat dan anak buahnya tidak boleh memiliki niat korupsi, menerima gratifikasi, dan seterusnya. Pak Juliari ingin selalu mengedepankan akuntabilitas.

Kurang baik apa coba? Ada menteri yang memiliki kesadaran seperti demikian. Bahkan beberapa jam sebelum jadi tersangka KPK, ia masih bekerja ke luar kota untuk mengurus penyaluran bantuan agar masyarakat terdampak pandemi bisa berkurang kesulitannya.

Lihat saja foto-foto yang diunggah oleh kementerian. Banyak momen terekam saat ia sedang menyerahkan bantuan jaminan hidup, donasi uang tunai, dan sebagainya.

Berani hukuman mati? (youtube kompas tv).
Berani hukuman mati? (youtube kompas tv).
Simak komitmennya beberapa waktu lalu tentang penyalurkan bantuan di tengah pandemi. Saat itu ia memastikan bahwa rakyat terdampak pandemi akan mendapatkan bantuan. Sebab, katanya, negara menganut ajaran kesejahteraan.

Sekali lagi KPK dan rakyat yang budiman jangan berlebihan. Sebab Pak Juliari orang baik yang suka berbagi. Buktinya uang kutipan dan suap bansos sebesar Rp20 miliar pun tak ingin ia nikmati sendiri.

Ia "hanya" butuh Rp17 miliar saja. Sisanya untuk pihak lain yang "membutuhkan". Biarlah orang lain juga menikmati. Itu tandanya ia tidak egois. Selalu ingin berbagi. Benar-benar menonjol jiwa sosialnya. Pantas saja jadi menteri sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun