
Ada yang berulang kali keras kepala ingin lockdown, tapi mempermudah jalan bagi kerumunan kelompok tertentu. Ada yang berkata keramaian sudah dilarang, tapi tak dibubarkan. Ada yang sangat obsesif dengan vaksin dan membentuk tim percepatan vaksin, tapi lalu meminta para pembantunya jangan terburu-buru melakukan vaksinasi.
Maka dari itu, jangan cemooh mereka yang berteriak: "Indonesia Terserah". Sebab itu bukan isyarat menyerah. Melainkan pertanda bagi kita untuk segera menentukan pilihan: "terus berjuang atau buang badan". Terserah saya. Terserah kamu. Terserah kita semua.
Seorang tukang becak berkata, "wes kembang kempis, mas". Ia terpaksa memulangkan istri dan anaknya ke kampung agar tak makin terhimpit kesusahan di kota.
Seorang relawan berujar lirih, "Nggak ngertilah, pokoke cape banget". Sekali lagi itu bukan tanda mengeluh dan menyerah. Meski tenaga manusia bukan langit yang tak bersekat. Kekuatan manusia bukan lautan yang tak bertepi. Mereka hanya meminta kita untuk bergantian melanjutkan perjuangan.
Beruntung sekali negeri ini diberkahi. Sebab dalam diri setiap orang Indonesia terdapat gen-gen bagi sifat pejuang lengkap dengan tombol "on/off".
Meski lelah fisik, mental, dan emosional nyaris menyentuh batas kewarasan, tombol itu masih berfungsi. Menunggu untuk ditekan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI