Tuntutan semacam itu bisa dipahami dan diterima sebagai bentuk profesionalitas. Namun di lapangan tentu menjadi tidak sederhana.
Oleh karena itu, kita seringkali menangkap kesan polisi kurang sigap mencegah meluasnya kerusuhan, polisi lembek menghalau perusuh, polisi gagal mencegah pembakaran dan perusakan fasilitas umum, dan seterusnya. Semua itu bisa menggambarkan bagaimana dilematisnya aparat yang dituntut tetap humanis dan sabar.
Apalagi, aparat sekarang tidak hanya menghadapi aksi massa di jalanan yang digelar oleh demontran. Tapi juga harus menghadapi aksi para SJW di jagat maya.
Tentu tidak semua Social Justice Warrior alias pejuang keadilan sosial berperilaku buruk. Bahkan SJW sendiri kalau mengikuti arti katanya secara harafiah merupakan penggerak kebenaran.
Namun, tidak sulit pula menjumpai rupa-rupa para SJW. Di antara mereka memiliki tindak-tanduk yang tak jauh beda dengan provokator di media sosial.
Para SJW-Provokator membuat definisi demokrasi dan keadilan sosial versi mereka yang tidak hanya absurd, tapi juga buruk. Bagi mereka keadilan ialah ketika negara dan aparat membebaskan penyampaian pendapat bisa dilakukan kapan saja dan dengan cara apa saja. Bagi SJW-Provokator demokrasi bisa ditempuh dengan banyak cara sehingga demontrasi anarkis pun bisa ditoleransi.
Memanfaatkan pengaruh dan jaringannya yang luas, terutama di media sosial, SJW-Provokator sering melontarkan propaganda menyesatkan dalam kemasan yang seolah-olah sebagai kebenaran. Misalnya, menganggap pembakaran dan perusakan fasilitas umum sebagai hal yang sepele karena pembakaran hutan dan perusakan hajat hidup masyarakat jauh lebih mengerikan.
Ujaran semacam itu sangat berbahaya. Selain membenarkan tindakan anarkis, propaganda tersebut juga mempromosikan aksi kekerasan.
Pada saat yang sama SJW-Provokator juga mengarahkan propaganda bahwa tindakan tegas oleh aparat kepolisian merupakan pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi. Di sinilah tampak bagaimana cacatnya demokrasi dan keadilan versi SJW-Provokator.
Jadi, SJW-Provokator tidak hanya memiliki standar ganda, tapi standar mereka sendiri amat buruk.
Di mata SJW-Provokator keadilan tidak boleh dihalangi oleh apapun, termasuk oleh  tindakan aparat. Oleh karena itu, tidak masalah demonstran merusak dan membakar karena itulah jalan mencari keadilan.