Komunikasi secara daring pun berlangsung beberapa menit. Kesempatan itu saya manfaatkan untuk menyampaikan harapan, kritik, dan saran kepada BPBD serta Satgas Covid-19 Kabupaten Purbalingga. BPBD cukup terbuka menerima kritik dan siap menindaklanjuti masukan yang diterima. Diakui oleh BPBD bahwa penanganan pandemi Covid-19 di Purbalingga belum seperti yang diharapkan. Akan tetapi BPBD berusaha serius menjalankan tugas dan fungsinya.
Beberapa hal diminta "off the record" dan untuk sejenak saya seperti mendengarkan curhat. Dari curhat "of the record" itulah saya bisa menarik kesimpulan bahwa rendahnya kinerja penanganan pandemi Covid-19 di Purbalingga disebabkan oleh kurang tanggapnya kepemimpinan daerah dalam memandang pandemi sehingga pelaksanaan kebijakan berlangsung lemah dan tidak konsisten. Koordinasi antar unsur di dalam Satgas juga belum maksimal. Tertangkap kesan saling menggantungkan wewenang.
Dengan benang kusut semacam itu pantas saja keramaian dan pelanggaran protokol kesehatan yang sangat mencolok seperti di GOR Goentoer Darjono bisa lepas dari pengawasan dan berulang.
***
Setelah mengetahui artikel saya di Kompasiana direspon oleh BPBD dan Sekda, saya mendapat informasi bahwa aktivitas keramaian di GOR Goentoer Darjono akan ditertibkan pada Minggu, 4 Oktober 2020.
Dari beberapa foto yang saya dapat terlihat suasana GOR pada Minggu pagi itu sangat berbeda. Tak ada aktivitas "pesta corona" berupa senam massal, olahraga, maupun kuliner dalam keramaian yang tak terkendali. Area parkir yang biasanya dipadati kendaraan dan dijejali ratusan peserta senam tampak lengang. Hanya segelintir pedagang dan beberapa orang yang terlihat beraktivitas pagi.
***
Saya bersyukur serta sedikit lega mengetahui ada tindakan nyata dan perbaikan semacam itu. Bergulir dari Kompasiana, tulisan laporan warga bisa membangunkan pejabat dan aparat untuk menjalankan tanggung jawabnya.
Untuk selanjutnya semoga penegakan protokol pencegahan Covid-19 di GOR Goentor Darjono dan tempat-tempat publik lainnya bisa dilakukan secara lebih tegas dan konsisten. Bukan sekadar tindakan reaktif sesaat yang hanya dilakukan sebagai respon media sosial.
Masyarakat memang perlu dituntut untuk semakin patuh dan sadar tentang ancaman Covid-19. Namun, tetap harus ada leading sector dan leading sector itu harus mau repot untuk menangani pandemi Covid-19 di daerah. Jangan sampai ada lagi pesta-pesta Corona berikutnya dan jangan ada lagi pembiaran.
Baca juga:Â
Pak Ganjar Pranowo, Lihatlah Pesta Corona di Purbalingga Ini