Walau demikian hingga kini saya masih memikirkan inisiatif teman saya. Saya salut dengan caranya membantu pembelajaran jarak jauh anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Kagum saya pada kerelaannya untuk menyisihkan tenaga demi meretas kendala pembelajaran jarak jauh yang kompleks.
Meminjamkan smartphone kepada anak-anak dari keluarga marginal merupakan ide yang keren. Gagasan yang sederhana, tapi praktis dan menyentuh salah satu masalah mendasar dalam pembelajaran jarak jauh.
Kita ketahui bahwa permasalahan paling menonjol dalam pembelajaran jarak jauh saat ini ialah kesenjangan akses teknologi dan internet. Tanpa mengecilkan faktor lain, kita bisa menjabarkan masalah kesenjangan akses tersebut menjadi tiga kelompok.
Pertama ialah memiliki smartphone dan kuota internet, tapi jaringan internetnya buruk atau tidak merata. Situasi ini bisa kita jumpai dari fenomena para murid yang harus mendaki bukit, menyeberang lembah, hingga memanjat pohon demi menemukan sinyal internet yang baik. Untuk meretas kendala ini pemerintah harus turun tangan secepatnya membangun infastruktur jaringan yang lebih merata.
Permasalahan kedua ialah memiliki smartphone, tapi kesulitan memenuhi kebutuhan kuota internet yang tidak murah. Situasi ini kita ketahui dari banyak berita dan kisah seputar anak-anak yang harus membantu orang tuanya bekerja agar bisa mendapatkan uang tambahan untuk membeli kuota internet.
Kabar baiknya ialah munculnya semacam gerakan gotong royong untuk menyediakan akses internet secara gratis. Di beberapa daerah kantor-kantor Polsek dan Koramil membuka pintu lebar-lebar untuk didatangi anak-anak yang hendak belajar secara daring. Jaringan wifi dari kantor aparat tersebut jadi semacam oase.
Semakin banyak pula berita terdengar tentang pemilik warung makan atau usaha kuliner seperti cafe dan warung kopi yang secara sukarela membagikan akses internet sehingga anak-anak yang tinggal di sekitarnya bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh secara lebih baik.
Wacana subsidi pulsa atau kuota internet yang akan diberikan dalam waktu dekat juga akan sangat membantu permasalahan ini. Subsidi pulsa memang tidak bisa mengatasi semua permasalahan terkait pembelajaran jarak jauh. Namun, bukan berarti tidak bermanfaat. Bantuan berupa pulsa akan sangat berguna bagi orang tua murid, murid, dan tenaga pendidik yang selama ini terkendala mahalnya harga paket internet.
Permasalahan ketiga ialah tidak memiliki smartphone atau perangkat lainnya seperti laptop. Situasi ini banyak terangkat dari sejumlah kabar memilukan tentang anak yang harus menjadi kuli bangunan agar bisa menabung untuk membeli smartphone, seorang ayah yang terpaksa mencuri smartphone, dan lain sebagainya.
Jika solusi untuk dua permasalahan pertama yang disebutkan di atas membutuhkan banyak campur tangan pemerintah serta kesadaran gotong royong masyarakat, maka upaya meretas permasalahan ketiga bisa ditopang lewat kepedulian atau kerelaan masyarakat yang memiliki smartphone lebih dari satu.
Mengapa bukan pemerintah yang mengambil tanggung jawab membagikan smartphone atau perangkat laptop gratis? Tentu saja itu akan sangat baik jika dilakukan. Namun, sayangnya itu belum bisa kita harapkan.