Jelang konser, dari rumah seorang teman di Kembangan, Jakarta Barat, saya dapati artikel itu disalin ulang oleh beberapa radio yang menjadi partner konser KAHITNA. Senang sekali ketika mendengarkan radio dan penyiarnya membacakan informasi dengan narasi seperti yang saya tulis.
Dalam perjalanannya ketika meninggalkan Jakarta dan mobil travel yang saya tumpangi terlibat kecelakaan di jalan tol hingga ringsek bagian depannya, laptop ini selamat. Namun, kacamata saya remuk.
Ketika menonton Konser HATI KAHITNA 2012 di Semarang saya pun berangkat bersama laptop ini. Demikian pula perjalanan menuju Konser 28 Tahun KAHITNA di Surabaya pada 2014 saya tempuh dengannya. Sepanjang konser berlangsung sang laptop tetap berada di balik punggung saya.
Tak ada pilihan selain harus tetap menggendongnya meski punggung sudah begal. Apalagi saya baru tiba di Surabaya pukul 16.00 dan menuju tempat konser dengan berjalan kaki dari Taman Bungkul. Seusai konser saya langsung bergegas kembali ke Jogja dengan menumpang bis pukul 02.00. Adegan menyetop dan menumpang taksi untuk ke terminal Purabaya Bungurasih lumayan penuh drama. Lain kali saja saya ceritakan lebih panjang lagi.
Sejauh ini saya sudah berganti laptop tiga atau empat kali. Tapi perasaan terberat saya rasakan ketika harus menyudahi perjalanan bersama Presario. Laptop ini paling banyak kenangannya.Â
Yang tak mungkin saya lupakan ialah sebagian besar coretan di blog dan sebagian besar cerita tentang KAHITNA yang saya tulis di Kompasiana selama ini dihasilkan melalui ketukan papan ketik Presario.
Kepada seorang teman yang membimbing murid SMK saya menyerahkan Presario sore tadi. Beberapa hari lalu kami sudah buat janji untuk bertemu sejak saya persilakan ia menggunakan laptop itu sebagai media praktik eksperimen murid-muridnya.