Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ujian Kebangkitan Nasional dari Kekalahan Babak Pertama Melawan Corona

20 Mei 2020   20:12 Diperbarui: 20 Mei 2020   20:10 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Kebangkitan Nasional, momentum kebangkitan melawan pandemi (IG Presiden Jokowi).

Hari Kebangkitan Nasional yang kembali diperingati hari ini datang dengan momentum yang sangat berharga. Berjarak 112 tahun sejak berdirinya Boedi Oetomo 20 Mei 1908 silam, kebangkitan nasional hari ini besar maknanya bagi bangsa Indonesia yang sedang berjibaku memerangi pandemi Covid-19

Senin, 18 Mei 2020 kemarin, juru bicara pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan sebuah pernyataan penting. "Kita masih belum sepenuhnya bisa mengendalikan (wabah) Covid-19", begitu katanya.

Itu adalah pernyataan paling terang di antara sejumlah simpang siur yang kerap kita dengar dari para pejabat semasa pandemi Covid-19. Pernyataan tersebut boleh dibaca sebagai pengakuan resmi pemerintah bahwa Indonesia belum berhasil memenuhi target pertama melawan Covid-19.

Kita ketahui bersama bahwa beberapa saat lalu pemerintah meyakini akan mampu mengendalikan Covid-19 pada akhir April 2020. Akan tetapi target itu tak tergapai. Penyebaran Covid-19 semakin meluas meski sejumlah kebijakan dan instrumen telah dijalankan. Mulai dari imbauan jaga jarak, work from home (WFH), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), larangan mudik, hingga pemberian bantuan tunai kepada masyarakat terdampak.

Kemudian Presiden Jokowi memberikan target baru, yakni penyebaran Covid-19 harus melandai sebelum Iduffitri. Mengingat Idulfitri tinggal empat hari lagi, maka besar kemungkinan target itu pun akan luput.

Perang Babak Pertama
Maka pengakuan bahwa pemerintah belum bisa mengendalikan Covid-19 dua hari menjelang peringatan Hari Kebangkitan Nasional menyiratkan tiga pesan penting.

Pertama, hal itu merupakan bentuk halus untuk menyampakan bahwa peperangan babak pertama melawan Covid-19 tidak berhasil kita menangi. Target-target yang tak tercapai bisa dianggap sebagai kekalahan. Memang bukan kabar yang menyenangkan mengingat selama hampir 3 bulan ini telah banyak energi dan sumber daya yang dikerahkan. Ribuan nyawa telah melayang. Hari demi hari bertambah pula korban dari para tenaga medis.

Kedua, kekalahan pada babak pertama ini merupakan pesan yang jelas bahwa pemerintah, tim medis, serta para petugas di lini depan tidak bisa berjuang sendirian. Oleh karena itu, pernyataan atau pengakuan bahwa pemerintah belum mampu mengendalikan Covid-19 justru memiliki nilai positif untuk mendobrak kesadaran bahwa perang melawan Covid-19 adalah medan laga bagi segenap bangsa Indonesia, tak terkecuali masyarakat umum.

Ketiga, meski pada perang babak pertama kita gagal melawan Covid-19 secara maksimal, tapi perang masih akan berlangsung panjang. Masih ada babak-babak selanjutnya yang lebih menentukan.

Sebagai bangsa yang besar kita punya modal dan kesempatan untuk bangkit memenangi babak-babak tersebut hingga akhir. Oleh karena itu, mari bangkit untuk melawan Covid-19 secara lebih berani dan maksimal. Hanya dengan kebangkitan secara bersama-sama kita bisa menang melawan Covid-19.

Evaluasi Gotong Royong
Untuk mencapai titik kebangkitan kita harus terlebih dahulu melakukan perenungan dan evaluasi diri. Menemukan kelemahan dan kekurangan akan sangat berguna demi perbaikan sehingga kita semakin maksimal dalam peperangan berikutnya.

Selama ini kita begitu membanggakan semangat gotong royong warisan nenek moyang. Akan tetapi pandemi Covid-19 sepantasnya mengusik alam pikiran kita untuk mengevaluasi gotong royong secara lebih jujur.

Memang ada banyak gerakan sosial yang mengulurkan tangannya untuk membantu masyarakat terdampak. Aksi donasi untuk memperkuat kerja tenaga medis muncul di banyak tempat. Di sejumlah daerah tumbuh inisiatif untuk saling menolong tetangga dengan berbagi kebutuhan pokok.

Namun, pada saat bersamaan kita tak bisa menutup mata terhadap tindakan diskriminasi kepada petugas medis yang diusir dari rumah kos, penolakan jenazah korban Covid-19, pengucilan ODP, dan sebagainya.

Itu menandakan adanya jurang solidaritas yang menganga dalam kehidupan gotong royong kita. Ada ketimpangan gotong royong yang nyata di tengah-tengah kita. Maka tak mengherankan jika berbagai upaya untuk mengurangi penyebaran Covid-19 seperti menemui jalan buntu.

Banyak orang tak mau tahu dengan beratnya tanggung jawab tenaga medis. Sebagian dari kita masih bersikap egois dengan tidak mematuhi aturan jaga jarak. Orang-orang mengabaikan himbauan di rumah saja. Seakan-akan perang melawan pandemi Covid-19 hanya menjadi urusan petugas di rumah sakit, laboratorium, serta aparat di jalan.

Dalam kondisi demikian kita melihat pudarnya kesadaran gotong royong. Banyak masyarakat belum membaca pandemi sebagai urusan bersama. Realitas ini harus diakui telah melemahkan imunitas bangsa sehingga pertarungan pada babak pertama 3 bulan ini tak memberikan hasil sesuai harapan.

Ayo Bangkit dan Bersatu
Cukup sudah ketimpangan solidaritas ini menghambat perjuangan kita melawan Covid-19. Sekarang saatnya bersatu dengan solidaritas yang utuh. Ayo bangkit untuk saling menjaga dan melindungi dengan gotong royong yang sejati.

Pertama, dimulai dari pemerintah. Jangan ada lagi kementerian, lembaga dan pejabat yang saling menonjolkan ego demi mendapat perhatian lebih dari publik. Sudahi kebiasaan melempar wacana yang mengacaukan kepercayaan masyarakat. Presiden harus meningkatkan ketegasannya ke luar maupun ke dalam agar tercipta satu tujuan yang sama, yakni bangkit dari pandemi.

Indonesia perang melawan pandemi Covid-19 (ilustrasi: shutterstock).
Indonesia perang melawan pandemi Covid-19 (ilustrasi: shutterstock).
Kedua, media massa harus terlibat lebih nyata dalam kebangkitan melawan Covid-19. Tenangkan masyarakat dengan berita yang inspiratif dan kabar yang positif agar hati dan pikiran masyarakat menjadi lebih jernih. Sudahi kebiasaan mengumbar informasi penuh sensasi dan provokasi yang memicu ketidakpercayaan publik.

Ketiga, kita sebagai bagian dari masyarakat maupun secara orang per orang harus mau dan mampu melindungi diri sendiri. Dimulai dari diri sendiri kita bisa menjaga orang terdekat dan lingkungan sekitar.

Kita bisa mendorong kebangkitan melawan pandemi dengan tidak menyebarkan informasi yang tidak benar. Solidaritas dan kebersamaan dalam kerangka kebangkitan nasional juga perlu diwujudkan dengan mematuhi anjuran pemerintah serta mengurangi beban kerja para tenaga medis. Hanya dengan secara bersama-sama kita bisa bangkit dan memenangi perang melawan Covid-19 untuk menyelamatkan bangsa.

Dengan ridha Tuhan yang Maha Esa dan dengan kesucian hati menyambut hari kemenangan Idulfitri, kita perlu menyatukan optimisme dan semangat untuk melalui ujian ini, sebagaimana kita senantiasa bersemangat menyongsong lebaran sebentar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun