Hari Kebangkitan Nasional yang kembali diperingati hari ini datang dengan momentum yang sangat berharga. Berjarak 112 tahun sejak berdirinya Boedi Oetomo 20 Mei 1908 silam, kebangkitan nasional hari ini besar maknanya bagi bangsa Indonesia yang sedang berjibaku memerangi pandemi Covid-19
Senin, 18 Mei 2020 kemarin, juru bicara pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan sebuah pernyataan penting. "Kita masih belum sepenuhnya bisa mengendalikan (wabah) Covid-19", begitu katanya.
Itu adalah pernyataan paling terang di antara sejumlah simpang siur yang kerap kita dengar dari para pejabat semasa pandemi Covid-19. Pernyataan tersebut boleh dibaca sebagai pengakuan resmi pemerintah bahwa Indonesia belum berhasil memenuhi target pertama melawan Covid-19.
Kita ketahui bersama bahwa beberapa saat lalu pemerintah meyakini akan mampu mengendalikan Covid-19 pada akhir April 2020. Akan tetapi target itu tak tergapai. Penyebaran Covid-19 semakin meluas meski sejumlah kebijakan dan instrumen telah dijalankan. Mulai dari imbauan jaga jarak, work from home (WFH), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), larangan mudik, hingga pemberian bantuan tunai kepada masyarakat terdampak.
Kemudian Presiden Jokowi memberikan target baru, yakni penyebaran Covid-19 harus melandai sebelum Iduffitri. Mengingat Idulfitri tinggal empat hari lagi, maka besar kemungkinan target itu pun akan luput.
Perang Babak Pertama
Maka pengakuan bahwa pemerintah belum bisa mengendalikan Covid-19 dua hari menjelang peringatan Hari Kebangkitan Nasional menyiratkan tiga pesan penting.
Pertama, hal itu merupakan bentuk halus untuk menyampakan bahwa peperangan babak pertama melawan Covid-19 tidak berhasil kita menangi. Target-target yang tak tercapai bisa dianggap sebagai kekalahan. Memang bukan kabar yang menyenangkan mengingat selama hampir 3 bulan ini telah banyak energi dan sumber daya yang dikerahkan. Ribuan nyawa telah melayang. Hari demi hari bertambah pula korban dari para tenaga medis.
Kedua, kekalahan pada babak pertama ini merupakan pesan yang jelas bahwa pemerintah, tim medis, serta para petugas di lini depan tidak bisa berjuang sendirian. Oleh karena itu, pernyataan atau pengakuan bahwa pemerintah belum mampu mengendalikan Covid-19 justru memiliki nilai positif untuk mendobrak kesadaran bahwa perang melawan Covid-19 adalah medan laga bagi segenap bangsa Indonesia, tak terkecuali masyarakat umum.
Ketiga, meski pada perang babak pertama kita gagal melawan Covid-19 secara maksimal, tapi perang masih akan berlangsung panjang. Masih ada babak-babak selanjutnya yang lebih menentukan.
Sebagai bangsa yang besar kita punya modal dan kesempatan untuk bangkit memenangi babak-babak tersebut hingga akhir. Oleh karena itu, mari bangkit untuk melawan Covid-19 secara lebih berani dan maksimal. Hanya dengan kebangkitan secara bersama-sama kita bisa menang melawan Covid-19.
Evaluasi Gotong Royong
Untuk mencapai titik kebangkitan kita harus terlebih dahulu melakukan perenungan dan evaluasi diri. Menemukan kelemahan dan kekurangan akan sangat berguna demi perbaikan sehingga kita semakin maksimal dalam peperangan berikutnya.