Dari contoh tersebut terlihat bagaimana pemerintah menyimpukan terlalu dini hanya berdasar angka-angka sementara yang rentang waktunya sangat pendek.
Begitu pula dalam gagasan the new normal. Awalnya pemerintah begitu gencar mempromosikan normal baru ini. Barangkali salah satu dasarnya ialah semakin banyaknya pasien yang sembuh.
Akan tetapi setelah terkuak bahwa penyebaran Covid-19 semakin merata di seluruh negeri dan kecenderungan kegagalan PSBB di kota-kota besar, narasi the new normal coba dikurangi. Pemerintah kembali ke narasi awal soal tidak adanya pelonggaran, larangan mudik tetap berlaku, dan seterusnya.
Sayangnya masyarakat terlanjur menangkap pesan the new normal sebagai legitimasi untuk bebas keluar rumah, belanja ke pasar beramai-ramai, mendatangi mall berombongan, menggelar pertemuan berjamaah dan sebagainya.
Dengan demikian gagasan normal baru pada dasarnya telah menciptakan kesimpangsiuran baru seperti  yang selama ini kerap dibangun oleh pemerintah. Sepanjang yang kita ikuti, normal baru versi Presiden Jokowi juga belum jelas seperti apa protokolnya.Â
Apa jadinya jika normal baru diterapkan sementara pada saat bersamaan di sejumlah daerah PSBB justru baru dimulai? Bagaimana bedanya normal baru di daerah yang tidak menerapkan PSBB dengan daerah yang baru menjalankan PSBB?
Normal baru di pasar tentu berbeda dengan normal baru di sekolah. Masalahnya sejauh ini kita tahu bahwa jaga jarak susah diterapkan di pasar. Sementara di sekolah kita harus melakukan kajian yang cermat dan hati-hati untuk memastikan anak-anak didik, terutama tingkat sekolah dasar bisa memahami normal baru yang masih asing bagi mereka.
Itu hanya contoh sebagian saja bahwa keputusan atau gagasan the new normal yang diambil berdasarkan persepsi seadanya dan kesimpulan prematur sangat berbahaya.
The new normal tanpa modal landasan yang kuat ibarat melempar sekeranjang Corona ke tengah masyarakat.
Maka dari itu, daripada terus menerus melontarkan gagasan yang simpang siur dan serba tidak tegas, lebih baik presiden beserta para pembantunya memperbaiki koordinasi dan komunikasi. Pemerintah didesak untuk menjadi teladan saat ini.Â
Rakyat tidak disiplin salah satunya karena melihat pemerintah yang kurang konsisten. Rakyat bersikap masa bodo karena melihat aparat tidak tegas. Dan masyarakat berhamburan keluar seperti yang terjadi saat ini karena menelan gagasan "the new normal" yang prematur.