Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pejuang Sahur di Zona Merah Covid-19 Yogyakarta

18 Mei 2020   11:24 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:18 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual nasi kuning di depan restoran cepat saji melayani pembeli yang hendak makan sahur (dok.pri).

Penjualnya seorang ibu yang pada hari biasa berjualan nasi kuning di tempat tersebut mulai pukul 05.00-07.00. Namun, selama puasa Ramadan ia menggeser waktu berjualan ke dini hari.

Sejak pukul 02.00 para pejuang sahur sudah menghampirinya. Saya termasuk salah satu yang sering singgah. Pilihan lauknya memang tidak selengkap seperti saat ia berjualan di hari-hari biasa. Namun, nasi kuningnya tidak banyak berubah. Masih tetap pulen dan nikmat rasanya walau hanya disantap dengan telur, perkedel, dan sayur kacang panjang. Sayangnya beberapa pembeli sering saya jumpai tidak mengenakan masker.

Warung makan Mbak Ari, satu dari sedikit warung yang melayani makan sahur di zona merah Covid-19 (dok. pri).
Warung makan Mbak Ari, satu dari sedikit warung yang melayani makan sahur di zona merah Covid-19 (dok. pri).
Hanya berjarak sekitar 20 meter dari penjual nasi kuning ini ada warung Mbak Ari. Warungnya sangat sederhana. Akan tetapi banyak menu andalan yang saya suka, terutama pecel dan sayur bening.

Pada hari biasa warung Mbak Ari buka mulai pukul 05.30. Namun, selama Ramadan jam bukanya bergeser ke pukul 12.00 sampai 18.00. Setelah itu warung Mbak Ari buka kembali pukul 01.30 untuk melayani para pejuang sahur.

Saat sahur menu pecel tidak disediakan. Meski demikian beberapa sayur rumahan tetap disajikan. Tak ketinggalan disertakan lauk seperti telur, ayam, ikan, teri, tahu, dan tempe.

Warung Mbak Ari biasanya ramai didatangi pembeli pada pukul 03.00. Tidak semua membeli untuk dibungkus. Sebagian pembeli memilih bersantap sahur langsung di warung. Untuk menambah tempat makan, beberapa tikar disiapkan di area parkir swalayan di depan warung.

Pernah suatu hari saya datang pukul 03.00 lewat beberapa menit. Ternyata pembelinya sudah banyak. Beberapa orang harus antre untuk dilayani. Untungnya antrean lumayan tertib.

Menu sahur di warung Mbak Ari (dok. pri).
Menu sahur di warung Mbak Ari (dok. pri).
Belajar dari pengalaman tersebut, pada hari-hari selanjutnya saya mendatangi warung Mbak Ari lebih awal sebelum pukul 03.00. Seringnya malah pukul 02.00. Sepanjang itu pula saya harus lebih dulu melewati portal yang merintangi gang tempat tinggal. Lalu menyusuri jalanan yang remang-remang sambil menikmati lembab dan senyapnya zona merah Covid-19.

Bagi saya warung Mbak Ari serta penjual lainnya tak ubahnya pahlawan di tengah pandemi. Keberadaan mereka yang tetap buka dan melayani makan sahur di satu sisi memiliki kepentingan ke dalam, yakni menjaga usaha mereka agar tidak semakin terpuruk akibat pandemi.

Namun, di sisi lain mereka adalah penyelamat bagi para pejuang sahur di zona merah Covid-19. Apalagi banyak mahasiswa yang tak bisa pulang kampung. 

Banyak pula para pekerja proyek pembangunan gedung-gedung yang harus tetap tinggal untuk melanjutkan pekerjaan. Tanpa warung Mbak Ari, penjual angkringan, dan ibu penjaja nasi kuning, puasa di tengah pandemi mungkin akan semakin terasa nestapanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun