Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengelola Godaan dan Risiko Belanja Daring Selama Pandemi Covid-19

13 Mei 2020   14:25 Diperbarui: 13 Mei 2020   14:24 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paket belanja daring (dok. pri).

Apakah saya suka belanja daring? Iya. Paling tidak belanja daring melalui aplikasi di smartphone atau situs web mulai saya akrabi sejak 3 tahun lalu dan semakin jadi bagian dari gaya hidup sampai sekarang.

Bahkan, semenjak penerapan pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, sudah sekitar 16 kali saya melakukan transaksi secara daring. Jadi, bila dihitung sejak pertengahan Maret hingga Mei, rata-rata ada 5 transaksi belanja daring yang saya lakukan setiap bulannya.

Barang-barang yang saya beli secara daring tiga bulan terakhir cukup beragam. Beberapa di antaranya ialah kartu micro SD, masker kain, hand sanitizer, sabun cuci tangan, kurma, gula, dan kue kering.

Alasan saya menyukai belanja daring tak jauh berbeda dengan pertimbangan masyarakat pada umumnya. Kepraktisan, tawaran diskon dan promo, serta pembayaran secara nontunai yang mudah dan aman mendorong saya belanja secara daring. Apalagi, setelah pemerintah melakukan pembatasan dan pengetatan mobilitas masyarakat untuk menekan penyebaran Covid-19. Kita jadi kurang leluasa untuk keluar berbelanja di pasar dan supermarket seperti biasanya.

Bukan tidak bisa belanja sama sekali, tapi efek dari physical distancing dengan sendirinya membuat banyak orang beralih  mengisi kantung belanjanya dari toko daring daripada mendorong troli di supermarket atau menenteng keranjang di pasar. Belanja secara langsung di pasar, warung, atau supermarket tetap dilakukan karena ada beberapa produk dan kebutuhan yang memang perlu didapatkan secara cepat atau sifat barangnya tidak memungkinkan dipesan secara daring dalam jumlah besar.

Akan tetapi untuk barang-barang tertentu, belanja daring bisa menjadi solusi sekaligus menguntungkan dari segi waktu, biaya, dan sebagainya. Itulah sebabnya selama pandemi Covid-19 saya beberapa kali bertransaksi secara daring, selain tetap pergi ke supermarket untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rutin.

Belanja daring jadi pilihan karena praktis dan seringkali disertai diskon atau cashback yang menguntungkan (dok. pri).
Belanja daring jadi pilihan karena praktis dan seringkali disertai diskon atau cashback yang menguntungkan (dok. pri).
Mendekati lebaran tren belanja daring diprediksi semakin meningkat. Salah satu penggeraknya ialah gencarnya penawaran diskon dan promo yang dilakukan sejumlah marketplace. Ambil contoh Tokopedia yang sudah dua kali menyelenggarakan program cashback 100% dan gratis ongkos kirim tanpa minimal belanja. Sementara Shopee masih konsisten dengan program gratis ongkir kirim serta flashsale serba 99, 999, dan seterusnya. Marketplace lain seperti blibli.com dan Bukalapak juga tak jauh berbeda. Masing-masing memiliki program belanja daring istimewa selama Ramadan dan jelang lebaran.

Saya pun kemungkinan akan berbelanja daring lagi dalam waktu dekat ini. Ada sedikit kebutuhan yang perlu saya penuhi untuk dikirimkan langsung ke kampung halaman mengingat saya tak akan mudik tahun ini.

Dengan belanja daring saya tak perlu mengemas sendiri atau menghantarkannya ke agen ekspedisi pengiriman. Cukup dengan memesan dari tempat saya di Yogyakarta, lalu memilih pengiriman ke alamat orang tua di kampung halaman. Opsi belanja daring seperti ini sangat membantu kita yang hendak mengirimkan paket lebaran untuk keluarga di kampung halaman.

Meskipun demikian, belanja daring di tengah pandemi Covid-19 bukan tanpa risiko. Pengiriman paket mulai dari tempat asal sampai ke penerima memungkinkan transmisi atau paparan virus. Ditambah lagi sekarang kita sedang dikejutkan oleh kebocoran data pribadi pengguna di beberapa marketplace besar seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Memang masalah tersebut menurut informasi telah berhasil diatasi. Sementara soal keamanan paket selama pengiriman, sejumlah ekspedisi menerapkan protokol kesehatan termasuk melakukan diinfeksi paket yang akan dikirim.

Namun, pada dasarnya kita tetap harus cermat dan waspada. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan agar kita tetap bisa belanja daring secara bijak, cermat, dan aman.

Pertama, belanja daring bisa mengkonsumsi banyak kuota internet. Kita sering tanpa sadar terlalu lama dan asyik mencari barang-barang di toko daring. Terlalu banyak waktu di rumah selama pandemi Covid-19 sangat mungkin membuat kita larut dalam keasyikan menjelajahi etalase-etalase barang di toko daring.

Salah satu layanan bebas akses marketplace dan cashback belanja daring diberikan bagi pengguna Telkomsel (dok. pri).
Salah satu layanan bebas akses marketplace dan cashback belanja daring diberikan bagi pengguna Telkomsel (dok. pri).
Salah satu cara menghemat kuota internet ialah dengan memanfaatkan benefit dari provider seluler tertentu. Saya ambil contoh Telkomsel yang memberi layanan bebas akses ke beberapa marketplace. Sebagai pengguna Telkomsel saya cukup menukarkan 1 point reward untuk mendapatkan layanan bebas akses Tokopedia dan Shopee.

Kedua, pertegas kebutuhan kita. Prinsip ini sebenarnya berlaku umum untuk belanja di manapun dan tidak hanya belanja secara daring. Kita perlu tahu yang kita butuhkan dan harus tegas mengeliminasi keinginan yang sebenarnya bukan kebutuhan.

Di tengah situasi pandemi, ketegasan kita semakin diperlukan untuk merencanakan belanja. Mungkin kita menganggap keuangan kita saat ini aman. Akan tetapi harus disadari bahwa pandemi membuat hari-hari ke depan tidak menentu. Oleh karena itu, jangan sampai godaan promo dan diskon yang menggiurkan membuat kita kehilangan kendali saat belanja daring. Belanjalah sesuai kebutuhan dan berhemat sejauh yang bisa kita lakukan.

Selain itu, hindari terlalu sering membuka aplikasi belanja daring karena kebiasaan tersebut bisa membuat kecanduan dan seringkali sukses menggoda kita untuk checkout.

Ketiga, belanja daring sering menawarkan diskon atau cashback yang menggiurkan. Itu jadi keuntungan tersendiri. Namun, jangan lengah dengan syarat dan ketentuannya.

Ketentuan nominal belanja tertentu cenderung membuat kita memasukkan barang-barang yang tidak dibutuhkan demi memenuhi syarat agar bisa mendapatkan diskon atau cashback. Ini sebaiknya dihindari.

Harga diskon di situs belanja daring juga belum tentu murah dalam arti yang sebenarnya. Maka lakukanlah perbandingan harga antar toko daring serta reputasinya berdasarkan testimoni pembeli. Bandingkan pula dengan harga ritel di supermarket. Sering saya menjumpai harga ritel di supermarket langganan malah lebih murah dibanding harga diskon toko daring. Oleh karena itu, cermatilah perihal diskon, cashback, maupun deskripsi barang yang dipajang di toko daring.

Keempat, belanja daring paling lambat sepekan atau sepuluh hari sebelum lebaran. Sebisa mungkin hindari belanja daring untuk barang yang dikirim dari luar negeri. Pertimbangkan juga jika memesan barang dari daerah pusat penyebaran Covid-19 atau yang menerapkan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) seperti Jabodetabek.

Jangan belanja daring terlalu dekat dengan lebaran untuk menghindari overload atau keterlambatan pengiriman oleh kurir (dok. pri).
Jangan belanja daring terlalu dekat dengan lebaran untuk menghindari overload atau keterlambatan pengiriman oleh kurir (dok. pri).
Pengiriman menjelang lebaran, apalagi dari daerah PSBB pasti membutuhkan waktu lebih lama. Jangan sampai paket lebaran terlambat diterima karena terkendala pengiriman atau overload mendekati lebaran. Oleh karena itu, meski harga barang dari Jabodetabek rata-rata lebih murah dan bervariasi, kadang saya memilih untuk mengurungkannya. Sebagai gantinya saya memesan dari toko daring yang lokasinya lebih dekat, yakni dari Jawa Tengah, Jawa Timur, atau DIY.

Kelima, jika akan belanja bingkisan lebaran yang dikirimkan langsung ke alamat keluarga di kampung halaman, pastikan kita memberitahukannya lebih dulu kepada keluarga. Paling tidak agar mereka tidak kaget jika tiba-tiba ada paket kiriman yang dihantarkan ke rumah.

Selama masa pandemi ini sudah 3 kali saya berbelanja daring dan mengarahkan pengirimannya langsung ke orang tua. Saya selalu memberitahu isi paketnya dan perkiraan waktu paket akan tiba. Saya juga berpesan kepada orang di rumah agar paket disemprot dulu dengan disinfektan sebelum dibuka. Kemudian siapapun yang menerima paket itu harus segera cuci tangan dan membuang kemasan paketnya di tempat yang aman.

Pakeeet! (dok. pri).
Pakeeet! (dok. pri).
Keenam, penting bagi kita untuk mengikuti petunjuk guna meningkatkan keamanan transaksi. Apalagi, terkait masalah kebocoran data pribadi di beberapa marketplace yang sedang ramai diberitakan sekarang.

Dalam dua minggu terakhir, sudah dua kali saya mendapat email dari Tokopedia yang isinya penjelasan tentang keamanan data pengguna. Saya diberitahu bahwa akun saya telah aman. Namun, saya tetap dianjurkan untuk melakukan pembaharuan password dan PIN Tokopedia. Anjuran itu saya ikuti agar bisa berbelanja daring secara lebih aman dan nyaman.

Dengan beberapa langkah mengelola godaan dan risiko di atas semoga kita bisa semakin cermat dan bijaksana saat belanja daring. Yang terpenting bisa tetap aman meski di tengah situasi pandemi. Selamat menyambut lebaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun