Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiriman dari Ibu Menjelang Ramadan, Isinya Ayam Goreng dan Kering Tempe

22 April 2020   11:42 Diperbarui: 22 April 2020   11:43 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kering tempe dan ayam goreng serundeng (dok. pri).

Sedangkan Yogyakarta yang belum menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memberi kemudahan sekaligus dilema bagi masyarakat dalam menyiapkan kebutuhan Ramadan. Saya katakan memberi kemudahan karena setidaknya banyak toko, supermarket, dan penjual masih boleh beroperasi.

Namun, menjadi dilema karena masyarakat harus memenuhi sebagian besar kebutuhannya secara mandiri dengan cara keluar rumah dan tidak ada bantuan.  Wabah Corona dan "local lockdown" di sekitar tempat tinggal kami juga telah membatasi banyak aktivitas, termasuk dalam hal keleluasaan berbelanja.

Di sisi lain sejak dulu saya bukan penikmat makanan di restoran-restoran cepat saji. Saya pun belum tahu bagaimana kondisi menjelang buka puasa yang tinggal menghitung hari ke depan. Apakah orang-orang akan tetap berburu takjil? Bagaimana saat sahur nanti? Apakah para penjual dan pemilik warung masih akan melayani?

Oleh karena itu, datangnya "bantuan" dari keluarga mendatangkan kenikmatan tersendiri. Saya bisa ngemil kering tempe yang dimasak khusus oleh ibu. Dari dulu kering tempe ini jadi favorit kami sekeluarga. 

Ayam bumbu kuning dari ibu sebagai persediaan selama Ramadan (dok. pri).
Ayam bumbu kuning dari ibu sebagai persediaan selama Ramadan (dok. pri).
Gurihnya ayam goreng buatan ibu juga bisa saya cecap. Ayam goreng dengan serundeng ini pasti selalu tersaji di meja makan kami saat lebaran. Dua keponakan saya yang masih kecil lahap sekali jika menyantap ayam goreng buatan ibu. Katanya mereka betah di rumah kakek dan neneknya karena selalu tersedia masakan yang enak.

Ketika rindu menyantap pecel kesukaan, saya cukup merebus sayuran dan menyiramnya dengan bumbu pecel yang dikirim ibu. Saat hendak menggoreng tempa atau tahu, saya pun bisa menggunakan bumbu ulek serba guna racikan ibu. Bisa saja saya membuat bumbu itu  sendiri karena komposisinya mudah, tapi jejak tangan ibu jelas tak ada gantinya.

Memang makanan, jajanan, dan bumbu yang dikirimkan tersebut tidak akan bertahan sampai lebaran. Akan tetapi maknanya sangat berarti bagi saya. Meski tidak bisa berbuka puasa bersama dan tidak bisa berkumpul saat lebaran nanti, saya tetap bisa mencecap hangatnya suasana keluarga melalui ayam goreng, kering tempe, bumbu ulek dan sebagainya itu. 

Ayam goreng dengan serundeng buatan Ibu. Masih sama dengan yang biasa tersaji setiap lebaran (dok. pri).
Ayam goreng dengan serundeng buatan Ibu. Masih sama dengan yang biasa tersaji setiap lebaran (dok. pri).
Walau kami harus melewati Ramadan dengan penuh keprihatinan melawan wabah Corona dan hampir dipastikan akan merayakan lebaran dalam sepi tanpa pelukan hangat orang tua dan saudara, tapi kami tetap saling menjaga dari jauh. Ayam goreng dan kering tempe dari ibu itu menguatkan kami di rantau untuk tidak sekadar menahan rindu, tapi juga memperteguh doa dan usaha untuk mengalahkan Corona.

Saya percaya, segera nanti kita semua akan bisa berkumpul bersama dengan keluarga masing-masing di satu ruang tanpa terentang jarak lagi. Selamat berpuasa Ramadan, Kompasiana dan Kompasianer!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun