Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Physical Distancing" Diperketat di Yogyakarta, Belanja Kini Diberi Nomor, Diawasi, dan Dibatasi Jumlahnya

26 Maret 2020   12:37 Diperbarui: 27 Maret 2020   09:10 4789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas mengawasi antrean di depan pintu masuk Mirota Kampus C. Simanjuntak, Yogyakarta pada Rabu (25/3/2020) (dok. pri).

Pandemi global Covid-19 yang menyebar ke Indonesia terus menimbulkan lonjakan jumlah penderita. Upaya social distancing telah ditingkatkan menjadi physical distancing. Supermarket Mirota Kampus di Yogyakarta pun menerapkan aturan lebih ketat bagi konsumen yang berbelanja mulai 26 Maret 2020.

Pengetatan diuji coba pada Rabu, 25 Maret 2020 di Mirota Kampus, Jalan C. Simanjuntak. Pagi itu sekitar pukul 08.00, saya dan puluhan orang yang hendak berbelanja tidak bisa segera masuk. Kami semua diarahkan lebih dulu untuk berbaris di pintu utara. Sementara pintu barat ditutup rapat.

Sejumlah petugas supermarket mengawasi antrean. Seorang di antaranya mengatur antrean agar jaraknya tidak terlalu rapat. Oleh karena merupakah kebijakan baru, beberapa orang terlihat masih bingung. Petugas pun perlu berulang kali mengarahkan bagaimana dan dari mana harus mengantre.

Tiap-tiap orang dalam antrean selanjutnya dianjurkan memakai masker dan diarahkan menuju wastafel portable tempat mencuci tangan. Di tempat ini seorang petugas memastikan mereka yang hendak berbelanja telah mencuci tangan menggunakan sabun sampai bersih. 

Masyarakat wajib antre dan diperiksa suhu tubuhnya sebelum masuk ke Mirota Kampus (dok. pri).
Masyarakat wajib antre dan diperiksa suhu tubuhnya sebelum masuk ke Mirota Kampus (dok. pri).

Usai mencuci tangan, setiap orang diberi nomor antrean untuk dibawa masuk berbelanja. Saya mendapat nomor 53. Nomor ini tidak menunjukkan giliran belanja, tapi digunakan sebagai alat kontrol jumlah orang di dalam supermarket. 

Menurut informasi, jika jumlah orang yang di dalam telah mencapai 100-150 orang, petugas akan menahan sementara arus masuk ke supermarket.

Langkah berikutnya ialah pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal gun. Ada petugas yang bersiaga di depan pintu masuk untuk mengukur suhu tubuh setiap orang yang hendak berbelanja.

Usai diperiksa suhu tubuhnya, saya segera menuju tempat keranjang dan troli. Pagi itu saya berbelanja beberapa kebutuhan rutin yang sudah habis dan kebutuhan tambahan. Di antara yang saya masukkan ke keranjang belanja ialah jeruk, pembersih pakaian, pewangi pakaian, gula, dan air mineral. 

Tiap orang wajib mencuci tangan sebelum mendapat nomor antrean masuk ke Mirota Kampus (dok. pri).
Tiap orang wajib mencuci tangan sebelum mendapat nomor antrean masuk ke Mirota Kampus (dok. pri).

Selain pengaturan dan pengawasan akses masuk, di dalam supermarket juga diberlakukan pembatasan jumlah belanja untuk produk-produk tertentu. Di sejumlah rak tertempel jumlah maksimal produk yang bisa dibeli. Gula pasir, misalnya, dibatasi hanya 2 kg/konsumen. Ini berlaku untuk semua merek gula. 

Demikian juga karbol atau pembersih lantai yang bisa digunakan sebagai disinfektan. Mirota Kampus membatasi pembelian produk tersebut sebanyak 2 pcs/konsumen.

Pembatasan itu dilakukan berdasarkan surat edaran Kabareskrim Polri yang dikeluarkan beberapa hari lalu. Selain gula, produk yang dibatasi pembeliannya ialah mie instan, beras, dan minyak goreng. 

Stok sedikit, pembelian gula pasir dibatasi (dok. pri).
Stok sedikit, pembelian gula pasir dibatasi (dok. pri).

Mirota Kampus juga menerapkan aturan dalam hal menimbang produk segar seperti buah-buahan, sayuran, dan telur. Kini setiap pembeli diharuskan antre hanya dari satu arah. "Mohon antrean menimbang dari sebelah depan timbangan", begitu instruksi yang terpasang di dekat timbangan. 

Namun, berdasarkan pengamatan saya pada Rabu pagi, instruksi tersebut masih kerap dilanggar. Beberapa pembeli tetap mengantre dari segala sisi. Entah karena belum membaca instruksi atau memang enggan mengikuti aturan. 

Petugas yang melayani penimbangan juga cenderung membiarkan hal itu. Akibatnya di bagian penjualan produk segar, antrean pembeli kurang tertib dan menimbulkan kerumunan.

Nomor antrean sebagai alat kontrol jumlah orang di dalam supermarket (dok. pri).
Nomor antrean sebagai alat kontrol jumlah orang di dalam supermarket (dok. pri).

Hanya sekitar 15 menit saya berbelanja. Beruntung datang pada pagi hari di kala belum banyak orang sehingga tidak terlalu lama mengantre di kasir. Selain itu saya membuat catatan daftar yang perlu dibeli dan hanya mengambil sesuai daftar tersebut.

Pada lantai di depan setiap kasir di Mirota Kampus kini tertempel garis merah penanda posisi berdiri saat mengantre untuk membayar. Jaraknya lumayan lebar untuk mendukung physical distancing.

Mirota Kampus juga memprioritaskan pembayaran dengan instrumen non tunai. Poster yang ditempel di meja kasir menunjukkan beberapa alat pembayaran non tunai yang diterima di Mirota Kampus. Selain kartu debit, hampir semua dompet digital uang elektronik juga dilayani. 

Untung sejak lama saya sudah terbiasa berbelanja secara nontunai sehingga tidak kesulitan menggunakannya.
***
Pengetatan dan pembatasan tata cara berbelanja di supermarket yang diikuti dengan physical distancing seperti yang diberlakukan di Mirota Kampus memang sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. 

Cara ini diyakini merupakan salah satu upaya terbaik untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Syaratnya masyarakat mau disiplin dan mematuhi instruksi dengan penuh kesadaran. 

Prioritas pembayaran secara nontunai di Mirota Kampus (dok. pri).
Prioritas pembayaran secara nontunai di Mirota Kampus (dok. pri).

Selain itu, agar upaya jaga jarak semakin efektif dan mendukung kebaikan bersama, ada beberapa tindakan mandiri yang perlu dilakukan ketika berbelanja di supermarket.

Pertama, rencanakan waktu dan macam kebutuhan yang akan dibeli. Membuat catatan daftar kebutuhan dan membeli sesuai daftar tersebut akan sangat berguna, terutama untuk menghemat waktu. 

Semakin lama di supermarket, semakin mungkin kita berada dalam situasi ramai meskipun pembatasan jumlah pengunjung telah dilakukan oleh pihak supermarket.

Kedua, patuhi semua instruksi termasuk jumlah pembelian maksimal. Banyak orang yang juga membutuhkan gula, beras, minyak dan kebutuhan lainnya. Siapa tahu di antara mereka adalah tetangga dekat, saudara, atau kerabat kita. Belanja dalam jumlah yang wajar juga lebih menghemat waktu.

Pembatasan jumlah belanja dan panduan jaga jarak antrean/physical distancing (dok. pri).
Pembatasan jumlah belanja dan panduan jaga jarak antrean/physical distancing (dok. pri).

Ketiga, belanja di supermarket langganan akan memberi keuntungan karena kita sudah hafal letak setiap macam produk. Ini akan sangat memudahkan kita berjalan mengikuti alur yang sistematis guna menemukan produk secara cepat dan mengurangi kerumunan. 

Sebaliknya, para pembeli yang kebingungan menemukan letak produk kebutuhan berpotensi menimbulkan kerumunan. 

Suasana Mirota Kampus pada Rabu pagi. Jumlah orang di dalam supermarket mulai dibatasi untuk mengurangi kerumunan (dok. pri).
Suasana Mirota Kampus pada Rabu pagi. Jumlah orang di dalam supermarket mulai dibatasi untuk mengurangi kerumunan (dok. pri).

Keempat, urutkan belanja dari produk yang paling mudah dijangkau. Susun daftar belanjaan berdasarkan letaknya. Ambil contoh daftar belanjaan yang saya tulis di smartphone pada Rabu pagi itu: jeruk, air mineral, gula, mie instan, tisu, pembersih lantai, pengharum pakaian, dan roti.

Urutan tersebut saya buat dari yang paling dekat dengan pintu masuk sehingga bisa langsung diambil, yakni jeruk. Terakhir roti yang berada di dekat kasir dan pintu keluar. Dengan cara demikian saya bisa berbelanja lebih efisien. 

Waktu di dalam supermarket bisa lebih singkat dan kontak dekat dalam kerumunan bisa diminimalisir.

Semoga pandemi Covid-19 segera berlalu dan kita dijaga dalam keselamatan serta kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun