Terus bertambahnya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia dibarengi dengan meningkatnya imbauan kewaspadaan pada masyarakat. Inisiatif masyarakat untuk menggunakan masker juga semakin tinggi.
Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan upaya pemerintah menyediakan stok masker melalui BUMN Kimia Farma. Di tengah lonjakan harga masker, perusahaan negara tersebut melalui jaringan apoteknya menyatakan menjual masker murah Rp2000/lembar.Â
Namun, pratiknya di lapangan terjadi penyimpangan. Apotek Kimia Farma justru ikut-ikutan menjual masker dengan harga jauh lebih mahal dan hampir tak berbeda dengan harga yang dimainkan para spekulan.Â
Masyarakat harus menebus selembar masker dengan harga Rp5000 per lembar atau Rp10.000 per dua lembar. Bahkan, ada apotek Kimia Farma yang menjualnya lebih mahal lagi. Pengalaman ini saya jumpai dan alami pada Minggu malam, 15 Maret 2020.Â
Kemarin malam, usai kembali dari perjalanan luar kota saya memutuskan membeli masker. Inisiatif saya ambil mengingat baru saja saya menggunakan transportasi umum kereta api yang ramai penumpang.Â
Di sisi lain sehari sebelumnya saat menunggu si stasiun saya beberapa kali bersin. Tak ingin gejala flu ringan berubah menjadi sakit dan guna mengupayakan pencegahan mandiri itulah akhirnya saya putuskan membeli masker.
Saat tiba di meja kasir segera saya sampaikan maksud membeli masker. Seorang petugas wanita melayaninya dengan menyodorkan sebungkus masker. Tak perlu saya menawar untuk mendapat lebih dari sebungkus dan petugas pun tidak menyatakan hal itu. Sadar bahwa pembelian memang dibatasi satu pack per orang.
"Harganya sepuluh ribu", begitu kata petugas. Saya pun maklum lagi dengan harga itu. Informasi memang menyebutkan Kimia Farma menjual masker dengan harga Rp10.000 isi lima atau Rp 2000 per lembar.Â
Informasi itu bisa ditemukan di banyak pemberitaan sebagaimana janji Menteri BUMN dan Kimia Farma untuk melayani kebutuhan masker masyarakat. Artikel dan konten advertorial khusus yang ditayangkan Kompasiana (baca di sini) juga menyebutkan Kimia Farma berkomitmen menjual masker lebih murah di tengah kelangkaan.
Transaksi malam itu berlangsung cepat. Hanya petugas sempat kesulitan mencari uang kembalian dari Rp 50.000 yang saya sodorkan. Petugas menanyakan apakah saya memiliki uang pas dan saya menawarkan mengganti pembayaran dengan LinkAja atau OVO. Namun, menurut petugas pembayaran nontunai sedang mengalami masalah.