Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Parlan, Juragan Kaset Lawas di Solo

6 Januari 2020   08:16 Diperbarui: 10 Januari 2020   19:47 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telunjuk Pak Parlan menunjukkan kaset album masterpiece KAHITNA - Cerita Cinta (Dokumentasi pribadi).

Ada warna yang berbeda di area hari bebas kendaraan (car free day) Solo pada Minggu pagi itu. Dalam riuh aktivitas masyarakat berolahraga dan semarak penjaja makanan yang dikerubungi pemburu kenikmatan rasa, terhampar ratusan kaset lawas di sepenggal citywalk Slamet Riyadi.

Seorang pria duduk bersila. Pandangannya sedang tertuju pada lembaran koran saat saya tiba. Seperti menyadari kedatangan seorang tamu, ia segera menyudahi aktivitas membacanya. 

"Silakan, nyari apa?", katanya mempersilakan. "Lihat-lihat ya Pak", saya minta izin.

Sebagai penyuka musik dan lagu jadul, lapak Pak Parlan ini akhirnya menyita sekitar 30 menit waktu saya untuk menikmati sampul-sampul menarik di balik setiap kotak plastik dan mika itu.

Barang istimewa, kata saya dalam hati. Bahkan, beberapa di antaranya merupakan koleksi langka. Hanya saja koleksi Pak Parlan ini didominasi penyanyi dan grup musik dari luar negeri, khususnya yang bergenre rock. 

Sebagian koleksi kaset lawas Pak Parlan yang dipajang di hari bebas kendaraan Solo pada Minggu pagi, 15 Desember 2019 (Dokumentasi pribadi).
Sebagian koleksi kaset lawas Pak Parlan yang dipajang di hari bebas kendaraan Solo pada Minggu pagi, 15 Desember 2019 (Dokumentasi pribadi).
Pak Parlan memang seorang penggemar musik rock. Pria 62 tahun ini sudah menyenangi musik rock sejak SMA. Pada saat itu pula ia mulai mengoleksi kaset-kaset idolanya. 

"Kesukaan saya Led Zepellin, Sepultura, pokoknya grup (rock) luar banyak yang saya suka", katanya. Seperti kebanyakan orang seumurannya, Pak Parlan juga menyenangi Koes Bersaudara dan Koes Plus.

Dari musik rock, ia kemudian mendengar ragam musik lainnya juga, termasuk pop. Menurutnya itu karena pada zaman dulu ia dan teman-temannya punya kebiasaan saling bertukar dan meminjamkan kaset. "Ibaratnya teman tongkrongan dulu kan macem-macem dan dengerinnya kaset", katanya memperjelas.

Pada 1975 ia pun mulai serius mengoleksi kaset. Seiring waktu koleksi kasetnya terus bertambah. Sampai saat ini jumlahnya mencapai ribuan yang tersimpan di rumahnya di kawasan Sanggrahan.

Sejak 2014, Pak Parlan memutuskan untuk mulai menawarkan sebagian koleksinya kepada para penggemar musik. Kini sehari-hari selain mengelola warung kelontong di rumahnya, ia juga melayani para penikmat dan pemburu kaset lawas. 

Pak Parlan mengaku mempunyai beberapa pelanggan dari luar Solo. "Ada pelanggan saya dari Jogja dan Malang yang masih sering nyari (kaset)", terangnya. 

Pelanggannyaa suka mendatangi rumahnya untuk melihat-lihat koleksi yang ada. Biasanya mereka mengabari dan menyebutkan lebih dulu album atau penyanyi yang diinginkan sehingga Pak Parlan punya waktu untuk memeriksa koleksinya.

Pak Parlan dengan sebagian koleksi kaset lawas musisi tanah air (Dokumentasi pribadi.
Pak Parlan dengan sebagian koleksi kaset lawas musisi tanah air (Dokumentasi pribadi.
Pak Parlan memasang harga yang terjangkau untuk kaset-kaset lawas itu. Setiap kaset lawas dari penyanyi atau grup musik luar ia hargai Rp 15.000. Sedangkan kaset lawas dalam negeri dihargai lebih murah antara Rp 5.000-Rp7.000. 

Harga kaset lawas dari luar lebih mahal karena menurut Pak Parlan keberadaannya lebih sulit ditemukan. Selain itu beberapa di antaranya merupakan koleksi pribadi yang sudah menemani masa mudanya dulu.

Selain di rumah, Pak Parlan juga menjajakan kaset lawas di area publik. Semula ia berjualan di kawasan Manahan. Namun, setelah ada larangan berjualan di kawasan tersebut, ia beralih ke area car free day Slamet Riyadi. Setiap Minggu pagi ia menggelar kaset-kaset lawasnya tak jauh dari simpang CIMB Niaga Syariah Slamet Riyadi.

Pak Parlan menjamin semua kaset lawas di lapaknya masih bisa diputar dan kualitasnya layak didengar. Itu karena semua dirawat layaknya koleksi pribadi yang sangat berharga.

Pak Parlan memajang sebagian koleksi kaset lawasnya di car free day Solo setiap Minggu pagi (dok. pri).
Pak Parlan memajang sebagian koleksi kaset lawasnya di car free day Solo setiap Minggu pagi (dok. pri).
Meski koleksi kaset lawasnya didominasi musisi luar negeri, bukan berarti hanya segilintir kaset musisi dalam negeri yang bisa didapatkan dari Pak Parlan. Minggu pagi itu saya melihat banyak kaset lawas dari penyanyi dan grup tanah air yang dipajang olehnya.

Ada kaset Chrisye yang sudah berumur hampir 40 tahun lalu. Ada pula rekaman grup legendaris Krakatau, JavaJive, Koes Plus, kaset milik Nike Ardila dan masih banyak lagi. 

Di antara semua itu saya mendapatkan harta karun istimewa. Apalagi kalau bukan kaset-kaset lawas KAHITNA. Lebih menggembirakan lagi saya menemukan tiga album sekaligus, yaitu Cerita Cinta (1994), Cantik (1996), dan Sampai Nanti (1998). 

Mengetahui saya sangat antusias dengan ketiga album itu, Pak Parlan pun berkomentar. "Banyak kok yang masih nyari. Memang enak lagu-lagunya. Pernah ada cewek-cewek (mahasiswi) UNS yang nanyain", begitu katanya yang membuat hati ini turut melambung gembira. KAHITNA memang dicintai banyak orang. Meski sudah tidak muda lagi, tapi penggemarnya merentang dari anak-anak sampai para orang tua yang sudah punya anak. 

Tiga kaset lawas KAHITNA saya dapatkan dari koleksi Pak Parlan (Dokumentasi pribadi)).
Tiga kaset lawas KAHITNA saya dapatkan dari koleksi Pak Parlan (Dokumentasi pribadi)).
Menemukan koleksi KAHITNA di antara koleksi-koleksi Pak Parlan membuat saya bangga. Saya pun meminang ketiganya. Meski telah memiliki lengkap semua album KAHITNA, tapi mendapatkannya lagi dari Pak Parlan merupakan keberuntungan tersendiri. Apalagi Pak Parlan memberikan pula nomor teleponnya.

Usai berpamitan, saya melanjutkan lagi jalan-jalan santai di car free day Solo. Sambil terus berjalan hati saya bergumam ria. 

"Sampai nanti tak berbatas inginku, harap ini takdirku, tuk selalu denganmu oh dewiku..!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun