Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Grab dan Nilai-nilai Kebaikan yang Memberi Arti pada Teknologi

4 Desember 2019   12:52 Diperbarui: 4 Desember 2019   13:04 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grab di Stasiun Besar Yogyakarta (dok. pri).

Sejak empat atau lima tahun terakhir transportasi daring berbasis aplikasi menjadi primadona yang sangat populer di Indonesia. Selain memudahkan kita mendapatkan transportasi secara cepat, inovasi teknologi ini juga merevolusi cara kita memenuhi berbagai kebutuhan. 

Grab salah satu yang terdepan dalam hal ini. Tidak salah menyebutnya sebagai aplikasi super (super app). Hanya melalui satu #AplikasiUntukSemua, dengan sentuh dan geser, kita #SelaluBisa memesan ojek (GrabBike), taksi (GrabCar & GrabTaxi), makanan (GrabFood), kurir (GrabExpress) dan sebagainya secara mudah dan cepat. 

Berbagai macam tagihan, mulai dari telepon, listrik, air, hingga TV kabel #SelaluBisa dibayarkan secara daring melalui aplikasi Grab. Jangankan membeli pulsa, paket internet, atau tiket bioskop, memesan kamar hotel pun Grab memudahkannya. Grab juga memfasilitasi masyarakat yang ingin berderma dengan menyediakan fitur donasi. 

Semua kemudahan tersebut semakin lengkap dengan dompet digital yang tersemat bersama aplikasi. Kini baik saldo OVO maupun OVO point bisa digunakan untuk pembayaran. Pengguna juga bisa menukar Grab point dengan voucher layanan Grab. Ini menguntungkan karena bisa menghemat ongkos sekaligus memberi banyak pilihan cara pembayaran.

Grab, #AplikasiUntukSemua (dok. pri).
Grab, #AplikasiUntukSemua (dok. pri).
Dukungan pembayaran digital memberi manfaat ganda. Selain membuat layanan Grab semakin andal, juga memperkuat penetrasi transaksi non tunai di tengah masyarakat. Dengan kata lain digitalisasi dan simplifikasi, dua corak revolusi teknologi yang menyertai kehidupan kita saat ini ada di Grab.

#SelaluBisa dengan GrabBike dan GrabFood 

Saya termasuk pengguna yang merasakan manfaat layanan Grab. Untuk mendukung mobilitas di tengah masih terbatasnya moda transportasi publik, GrabBike telah berulang kali dan #SelaluBisa mengantarkan saya ke berbagai tujuan.

GrabBike, salah satu layanan paling populer dari Grab (dok. pri).
GrabBike, salah satu layanan paling populer dari Grab (dok. pri).
Grab di Stasiun Besar Yogyakarta (dok. pri).
Grab di Stasiun Besar Yogyakarta (dok. pri).
Oleh karena sering bepergian menggunakan kereta api, GrabBike adalah pilihan yang mudah dari dan menuju stasiun. Meski harus sedikit menjauh dari area stasiun untuk mencapai "zona hijau", bagi saya itu bukan masalah. 

Sekarang jika berkunjung ke sebuah kota salah satu informasi penting yang perlu saya pastikan sejak awal adalah lokasi "zona hijau" ojek daring yang paling dekat. Sedangkan mengenai keberadaan Grab tidak terlalu saya khawatirkan. Bukankah Grab sudah beroperasi di 224 kota di Indonesia? 

Riwayat aplikasi Grab saya juga dipenuhi daftar pemesanan makanan. Sebabnya memesan makanan lewat layanan GrabFood sangat praktis. Apalagi, makanan kesukaan saya seperti gado-gado, pecel, dan bakso berlimpah di GrabFood sehingga saya #SelaluBisa punya banyak pilihan. 

Semakin mudah karena dalam #AplikasiUntukSemua makanan atau tempat makan dikelompokkan menurut kategori "terdekat", "terlaris", "promosi", "aneka ayam", "aneka nasi", "kopi", dan lain sebagainya. Ini membuat layanan GrabFood semakin efisien.

Bagi saya mencari dan memesan makanan melalui GrabFood seperti petualangan kuliner. Banyaknya warung, kedai, dan restoran di etalase GrabFood sering mengantar saya pada pengalaman-pengalaman kuliner baru. Beberapa kali saya memesan makanan dari sebuah kedai yang belum pernah saya tahu sebelumnya. Ternyata makanannya memuaskan.

dokpri
dokpri
Asyiknya jika hendak memesan ulang lain hari, saya tidak harus mengingat-ngingat lagi nama kedai atau warungnya. Aplikasi pintar Grab menyediakan fitur "pesan ulang" yang memuat daftar makanan dan tempat makan yang pernah dipesan sebelumnya. Fitur ini membuat saya #SelaluBisa menemukan menu terbaik dari tempat makan langganan.

Nilai Kejujuran

Bicara Grab, saya juga perlu berterima kasih kepada pengemudi Grab bernama Nurani Puji Lestari. Ia adalah penolong. Beberapa waktu lalu ia menghadirkan solusi untuk kesulitan yang saya alami.

Kejadiannya pada Rabu petang, 6 November 2019. Menjelang pukul 18.00, adik saya yang juga merantau di Jogja memberi kabar bahwa ia akan pulang esok pagi. Saya terkejut karena semula ia berencana pulang pada akhir pekan. Saya pun hendak menitipkan oleh-oleh untuk ibu, yaitu kue bakpia kekinian. Ibu pernah menanyakan bakpia tersebut dan saya berjanji akan membelikannya nanti.

Kepulangan adik saya yang dipercepat membuat saya mau tidak mau harus mendapatkan bakpia itu segera. Tentu saja setelah salat magrib sambil berharap saya tidak kehabisan bakpia yang sedang digemari dan sangat laris sebagai oleh-oleh dari Jogja ini.

Sementara waktu sudah hampir malam, saya disergap rasa bersalah jika gagal mendapatkan oleh-oleh untuk ibu. Sejenak saya bingung bagaimana cara mendapatkan bakpia itu dengan cepat. Rasanya seperti orang yang tak paham teknologi. 

Untungnya kebingungan saya tak berlangsung lama. Smartphone masih di tangan. Bukankah di dalamnya ada sebuah #AplikasiUntukSemua yang serbaguna? Mengapa tidak saya minta bantuan Grab yang sudah terbukti #SelaluBisa diandalkan?

GrabFood dan pengemudi Grab yang #SelaluBisa diandalkan (dok. pri).
GrabFood dan pengemudi Grab yang #SelaluBisa diandalkan (dok. pri).
Segera saya membuka aplikasi Grab, memilih fitur makanan, dan mengetikkan nama bakpia yang saya inginkan. Dari beberapa gerai yang buka, ada yang masih lengkap varian rasanya. Akan tetapi letaknya agak jauh.

Di sinilah layanan GrabFood menjadi penolong. Usai menekan tombol pesan, seorang pengemudi langsung menerima pesanan saya. Dari nama dan fotonya, ia seorang wanita. Terlihat dari peta, posisinya sangat dekat dengan gerai. Ia lalu mengirim chat mengabarkan akan segera mengambil pesanan saya. 

Posisi pengemudi Grab yang dekat dengan gerai membuat saya lega karena #SelaluBisa lebih cepat sampai di gerai. Dengan demikian bisa segera pula mengantarkan pesanan saya. 

Hal itu terbukti benar. Beberapa menit usai salat, saya melihat peta di aplikasi Grab dan menjumpai pengemudi sedang menuju alamat saya. Saat posisinya semakin dekat, saya pun keluar untuk menunggu di teras.

Seorang pengemudi Grab berjaket hijau berhenti di depan. "Mas yang pesan bakpia?, tanyanya ramah. "Bu Puji?", saya balas bertanya. Bu Puji pun menyerahkan pesanan saya. Sebelumnya ia meminta maaf karena struk pembeliannya tercecer di jalan akibat tertiup angin. 

Saya jadi terkesan. Pertama, karena oleh-oleh untuk ibu ternyata saya dapatkan dengan bantuan dari seorang pengemudi Grab yang juga seorang ibu. Kedua, ucapan maaf dari Bu Puji untuk struk pembelian yang hilang adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Saya menangkapnya bukan sebagai ketakutan atas prosedur wajib bagi pengemudi Grab untuk menyertakan struk pembelian/pesanan GrabFood. 

Permintaan maaf Bu Puji terdengar tulus. Baginya penting untuk jujur dan menyampaikannya agar saya menjadi maklum. Tentu saja saya tidak mempermasalahkan struk yang tercecer tersebut. Seandainya ia tidak mengatakannya pun saya tetap lebih berterima kasih atas pertolongannya "menjemput" oleh-oleh untuk ibu.

Perjalanan bersama GrabBike (dok. pri).
Perjalanan bersama GrabBike (dok. pri).
Kesan mendalam juga pernah rasakan dari layanan GrabBike. Beberapa waktu lalu sepupu saya berkunjung ke Jogja guna berobat dan kami bertemu sebelum ia ke rumah sakit. Karena tidak bisa mengantarkannya, saya menawarkan untuk memesankan GrabBike. 

Tak lama kemudian seorang pengemudi Grab datang menjemput dan semuanya berjalan sesuai harapan. Sepupu saya dihantar dengan selamat sampai ke rumah sakit. Namun, saya lupa memberitahunya agar tidak perlu membayar karena ongkos GrabBike sudah terbayarkan dengan saldo OVO saya. 

Malam harinya kami kembali bertemu. Saya memastikan apakah tadi pagi ia memberikan uang kepada pengemudi Grab? Ternyata ia sempat menanyakan ongkos dan sudah bersiap menarik uang dari dompet. Namun, sang pengemudi Grab menegaskan tidak perlu membayar karena ongkos sudah dibayarkan dengan OVO.

Di sini kembali saya ditunjukkan bahwa kejujuran masih eksis di banyak tempat. Saya lega karena pengemudi Grab tersebut, seperti halnya Bu Puji, adalah bagian dari orang-orang yang menjunjung kejujuran.

Memberi Arti pada Teknologi

Pengalaman di atas hanya sebagian dari sejumlah kesan saya menggunakan Grab. Kesan yang memberi arti bahwa meski teknologi bertujuan untuk memudahkan manusia, tapi jauh lebih penting teknologi tidak membuat manusia kehilangan nilai-nilai kebaikan.

Memang sekali dua kali saya mengalami hal yang kurang nyaman. Misalnya, suatu hari saya terpaksa memberi rating rendah untuk pengemudi GrabBike yang berulang kali melanggar lampu lalu lintas dan berputar arah di tempat yang dilarang.

Dalam hal ini Grab perlu lebih mengedukasi mitra pengemudinya. Rekrutmen pengemudi harus lebih selektif dan pengawasan di lapangan perlu diperketat untuk mengurangi celah kenakalan yang bisa merugikan pengguna.

Fitur pemberian rating dan uang tip mengingatkan kita untuk lebih menghargai hasil kerja orang lain yang telah menolong kita (dok. pri).
Fitur pemberian rating dan uang tip mengingatkan kita untuk lebih menghargai hasil kerja orang lain yang telah menolong kita (dok. pri).
Di luar itu semua, banyak sisi dan nilai kebaikan yang saya rasakan ketika menggunakan layanan Grab. Salah satunya saya belajar lagi betapa hal-hal yang menurut kita kecil,ternyata bisa diterima oleh orang lain sebagai sesuatu yang berarti. 

Bagaimana rasanya mendapat pesan seperti ini: "makasih bngt mas, semoga mas e tambh lancar rezekinya aamiin".

Pesan tersebut adalah balasan chat seorang pengemudi Grab beberapa hari lalu ketika saya memesan GrabFood. Saya mempersilakan sang pengemudi untuk mengambil es teh dalam pesanan saya. Minuman itu untuknya. 

Sebenarnya pemberian itu tidak istimewa. Tapi demi menyaksikan respon sang pengemudi, hati saya jadi menghangat. Apalagi didoakan seperti di atas. Semoga jika ada kebahagiaan yang dirasakan oleh sang pengemudi hari itu, ada saya sebagai salah satu alasannya. Bukan pamrih, tapi bersyukur karena kebaikan ternyata bisa diawali dari Grab.

Betapa leganya bertemu dengan pengemudi-pengemudi Grab yang baik dan ramah. Setiap kali menumpang GrabBike atau memesan GrabFood saya berusaha terus mengingat bahwa ini bukan transaksi yang menempatkan saya sebagai raja dan pengemudi Grab sebagai suruhan. 

Menggunakan layanan Grab adalah membangun simbiosis mutualisme atau tolong menolong sehingga pengguna maupun pengemudi Grab perlu saling menghargai. Grab mengingatkan lagi tentang makna ucapan "terima kasih", "minta tolong", dan "maaf" yang sering kita abaikan.

Fitur pemberian rating dan uang tip di aplikasi Grab perlu pula dipandang sebagai cara untuk mengingatkan kita pada pentingnya penghargaan terhadap suatu pekerjaan dan hasil kerja orang lain yang telah memudahkan urusan kita.

Jangan buat pengemudi Grab terlalu lama menunggu. Ucapkan terima kasih dan jangan di-prank! (dok. pri).
Jangan buat pengemudi Grab terlalu lama menunggu. Ucapkan terima kasih dan jangan di-prank! (dok. pri).
Oleh karena itu, setelah dihantar Grab janganlah langsung memalingkan muka dan balik badan. Ketika memesan GrabFood, jangan buat pengemudi terlalu lama menunggu di luar karena kita yang meminta pertolongannya. Luangkan waktu lima detik untuk membalas kebaikan pengemudi Grab. Ucapkan terima kasih, bukan malah di-prank!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun