Ada kalanya Kompasiana mudah mengobral artikel pilihan dan artikel utama (headline), terutama dari kategori politik dan olahraga yang memang sering sukses menarik banyak pembaca untuk berkerumun.Â
Tentu bukan masalah jika artikel-artikel tersebut memiliki keunggulan atau keutamaan yang bisa ditempatkan sebagai headline dan dipadankan dengan artikel-artikel utama lainnya.Â
Tapi beberapa kejadian menimbulkan keresahan ketika Kompasiana terlalu mudah mengangkat artikel yang isinya lemah, kalau tidak boleh dikatakan sekadar pengulangan atas pengetahuan umum dari berita di media massa.Â
Jadi apa kebaharuan atau keistimewaannya? Hal tersebut kerap berulang sehingga kesan adanya obral tak bisa dihindari.Â
Barangkali Kompasiana perlu selangkah lebih cepat dalam mengikuti perkembangan terkini dari sumber yang lebih utama. Ini agar lebih teliti dalam menilai artikel yang masuk dan yang terpenting tidak terlalu gampang mengangkat artikel yang isi serta aktualitas sudah tertinggal.
Pantas dipertanyakan ketika Kompasiana mengangkat artikel tentang perempat final pada saat babak semifinal sudah diketahui hasilnya dan final sedang menunggu.Â
Terlalu mudah bagi Kompasiana untuk mengunggulkan artikel yang sekadar menyinggung peluang juara para atlet ketika babak pertama baru dimulai. Tentu saja atlet-atlet yang mengikuti pertandingan apa pun akan selalu memiliki peluang untuk menang atau jadi juara.Â
Penting pula untuk selalu konsisten pada pedoman dalam menilai artikel pertama-tama berdasarkan isinya, bukan pada penulisnya. Perlu saringan yang lebih selektif untuk menyeleksi kelompok artikel yang kelewat populer sehingga mungkin banyak terserak di tempat lain.
Mudahnya artikel, misalnya politik dan olahraga, naik menjadi headline pada akhirnya membangkitkan pragmatisme. Kompasianer akan berpandangan bahwa lebih bermakna dan menguntungkan baginya jika berceloteh tentang topik-topik pop.
Memang itu tidak sepenuhnya salah karena pilihan ada di tangan kompasianer dan Kompasiana memfasilitasinya. Akan tetapi ketika banyak yang memusatkan obsesi pada topik yang seksi, maka kecenderungan produksi artikel-artikel yang kurang berisi menjadi meningkat. Inilah yang mesti perlu disaring dengan saringan yang lebih rapat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!