Baca juga: Allah Maha Penyayang, Mengapa Umatnya Pemberang?
Islam dan HAM
Craig menentang anggapan yang menyatakan Islam tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan modern. Argumennya didasarkan dokumen-dokumen sejarah dan isi Al Quran.Â
Menurutnya Islam sangat mendukung kesetaraan umat manusia dan Nabi Muhammad adalah juara dunia dalam hal penegakan HAM. Nabi di mata Craig memiliki mentalitas anti-rasisme yang sangat kuat. Salah satu yang dicontohkan Nabi adalah persahabatannya dengan budak kulit hitam.Â
Di Gunung Arafah dalam khotbah terakhirnya Nabi secara tegas menyatakan orang Arab tidak lebih unggul dibanding orang non-Arab dan orang kulit putih tidak lebih unggul daripada orang kulit hitam. Sebaliknya orang non-Arab juga tidak lebih superior dibanding orang Arab. Kecuali karena kesalehan dan amal perbuatan mereka.
Pesan anti-rasisme tersebut merupakan bukti yang sangat nyata bahwa Nabi Muhammad bukanlah sosok pemecah belah. Sebaliknya, itu menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Nabi layak dijadikan inspirasi utama bagi dunia saat ini untuk melawan rasisme. Bagi Craig, Nabi Muhammad jauh mengungguli tokoh pejuang HAM mana pun.
Gagasan Nabi mengenai kesetaraan manusia juga merefleksikan ajaran Islam mengenai kedudukan perempuan. Nabi Muhammad mendukung perempuan untuk mendapatkan hak-hak mereka. Itu bisa dilihat dari perempuan-perempuan di kehidupan Nabi. Istri-istri Nabi adalah para perempuan yang aktif dan memiliki pengetahuan tinggi.Â
Nabi mendorong perempuan muslim untuk berperan dalam banyak bidang, seperti perdagangan, politik, dan pemerintahan. Fakta ini jelas bertolak belakang dengan prasangka dan anggapan keliru yang menyebutkan Islam menempatkan perempuan secara tidak adil pada posisi yang rendah.
Diskursus Islam-Kristen
Dalam konteks Craig sebagai seorang apologis Islam, sangat jelas ia mempromosikan pemahaman-pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan meluruskan anggapan-anggapan keliru tentang Nabi Muhammad di mata orang Kristen dan Amerika.Â
Selain itu pandangan dan gagasan Craig juga menarik dalam konteks diskursus antara Islam dan Kristen. Baginya kesediaan untuk memahami ajaran, keyakinan dan kebenaran agama lain menjadi pintu utama yang perlu dimasuki oleh setiap orang yang menginginkan hubungan lebih baik antara komunitas Islam dan Kristen.