"Islam adalah doktrin-doktrin kekerasan yang menakutkan. Islam adalah seperti yang dipertontonkan oleh Al Qaeda dan ISIS. Islam tidak menghargai HAM dan tidak memberi ruang kesetaraan"
Begitulah Islam dalam pandangan umum Craig Considine, seorang penganut Katolik, ketika masih remaja. Persepsinya tentang Islam dan umat muslim ketika itu senada dengan pemberitaan-pemberitaan media, terutama di Amerika Serikat yang dilingkupi Islamofobia.
Ketidaktahuan sebagian besar orang Amerika tentang Islam, ditambah egoisme dan kecerobohan media yang menutup mata pada keramahan dan kerahmatan Islam telah mendorong tumbuhnya kebencian terhadap Islam.Â
Sementara di berbagai belahan dunia, kelompok-kelompok fanatik memanfaatkan ketidaktahuan ini dan dengan sentimennya masing-masing terus menebarkan ketakutan untuk memecah belah masyarakat.
Baca juga: Bersaudara dengan Orang Beda Agama dan Suku Sesuai Teladan Nabi Muhammad
Melawan Islamofobia
Namun, Craig memilih berdamai dengan diri sendiri. Ia tak mau terus-menerus disesatkan oleh narasi-narasi yang meragukan tentang Islam.Â
Craig dengan minat serius mendalami studi Islam di perguruan tinggi. Ia bergaul dengan komunitas muslim dan belajar secara akrab dari profesor muslim.Â
Apa yang terjadi selanjutnya bukan saja mampu memperbaiki persepsinya tentang Islam, ia juga berubah menjadi kagum dengan ajaran Islam dan jatuh cinta pada Nabi Muhammad saw.Â
Buku yang berjudul "Muhammad Nabi Cinta" ini meringkas sebagian pendalamannya tentang Islam, khususnya Nabi Muhammad. Gagasannya berangkat dari tema besar yang begitu jelas, yakni Islamofobia.Â