Candi Prambanan bergelora pada Sabtu (5/10/2019) malam. Maestro musik Yovie Widianto bersama rombongan penyanyi dan pemusik di bawah bendera "Yovie and His Friends" tampil dalam pertunjukkan istimewa Batik Music Festival. Ini adalah perayaan Hari Batik Nasional yang juga menandai satu dekade penetapan batik oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi dari Indonesia.
Pesan Whatsapp saya terima pada Sabtu pagi menjelang pukul 09.00. Pengirimnya memperkenalkan diri, Novya dari kompas.com. "Datang aja dulu ke sana. Kalau ga bisa kontak aku," begitu salah satu pesannya.
Sejak jauh hari saya memang sudah menyiapkan langkah ke Batik Music Festival. Sebuah kesalahan dan kerugian jika melewatkan Yovie and His Friends, apalagi turut dalam rombongan ada KAHITNA. Bagi saya ini akan jadi kesempatan sekali lagi untuk menunaikan ibadah cinta soulmateKAHITNA.
Namun, Sabtu itu saya memilih untuk tidak terburu-buru datang ke Candi Prambanan karena sejak dini hari diterpa masuk angin beserta gejala diare. Hingga tengah hari saya sudah keluar masuk toilet sebanyak tiga kali.Â
Kondisi badan yang kurang nyaman membuat saya berencana berangkat sore hari. Akan tetapi usai percakapan singkat dengan Novya saya memutuskan berangkat lebih awal dari rencana. Sebuah kemeja batik merah marun langsung saya pilih dari dalam lemari. Tidak mengapa belum diseterika karena sudah sedikit wangi.Â
Maka meluncurlah saya ke Candi Prambanan yang ada di Klaten, Jawa Tengah, tapi kebanyakan orang menganggapnya sebagai candi yang terletak di Yogyakarta. Baru tiba saya sudah mendapat ujian. Tiket masuk candi yang saya beli di loket gagal dipindai. Dua kali dicoba tidak berhasil sehingga saya harus lewat jalur samping.Â
Dari situ saya segera bergabung dengan para wisatawan dan pengunjung candi yang tentu saja sebagian di antara mereka berniat sama dengan saya untuk menuju Batik Music Festival. Paling tidak itu bisa ditebak dari pakaian batik mereka. Penonton Batik Music Festival memang dianjurkan untuk mengenakan batik. Hanya saja saya tidak tahu apakah batik mereka sudah diseterika atau belum seperti kemeja saya.
Deja Vu
Saya telah duduk nyaman di atas rumput lapangan yang menjadi venue Batik Music Festival. Saat itu langit sudah gelap, tapi temaram cahaya membuat saya bisa mengenali sekelompok penonton perempuan.Â
Di sana saya bertemu lagi dengan mba Erna, mba Erwina, dan teman-temannya yang lain. Mereka adalah soulmateKAHITNA yang lumayan rajin mengunjungi panggung idola. Saya lalu bergabung dengan rombongan ibu-ibu ini.