Bicara industri ekonomi kreatif dalam beberapa tahun terakhir seperti bicara kekayaan yang sangat besar nilainya. Pemerintah, swasta, dan pelaku usaha sama-sama bersemangat menangkap peluang sektor industri kreatif. Masalahnya adalah hambatan komunikasi yang perlu dikikis dan sinergi yang harus ditingkatkan.
Barangkali tidak ada hari yang lebih ideal untuk membincangkan industri kreatif selain pada peringatan Hari Batik Nasional. Batik sebagai warisan budaya dan kekayaan nasional adalah perlambang kreativitas tinggi yang dimiliki bangsa Indonesia. Oleh karena itu, JNE Kopiwriting Bersama Kompasiana "Mengintip Peluang Industri Kreatif di Era Digital" di Yogyakarta pada Rabu sore, 2 Oktober 2019 yang bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional mempunyai arti tersendiri.
Industri kreatif atau ekonomi kreatif sendiri diproyeksikan sebagai salah satu andalan penggerak perekonomian Indonesia di masa depan. Masa depan ekonomi Indonesia akan banyak bertumpu pada enam belas subsektor ekonomi kreatif yang semuanya menjanjikan.
Momentum ini merupakan kesempatan yang perlu dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan potensi-potensi industri kreatif yang ada. Termasuk di Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu gudang insan kreatif yang mampu menghasilkan produk dan kreasi unggul.
Inspirasi Abekani
Salah satu insan kreatif tersebut adalah Tunjung Pratiwi, pemilik usaha dan merek Abekani. Merintis usahanya pada 2009, Tunjung berkreasi dengan kerajinan kulit.
Bulan-bulan pertama memulai usaha, Tunjung mengaku mendapat penolakan dari banyak toko yang ia tawari untuk memasarkan produknya. Namun, kemajuan teknologi informasi membukakan jalan lain sekaligus peluang baginya. Melalui forum jual beli yang difasilitasi oleh salah satu situs komunitas terbesar di Indonesia, produk Abekani menemukan peminatnya.Â
Bagi Tunjung hal itu semacam berkah berjualan online di era digital. Dari Yogyakarta, pelan-pelan Abekani dikenal luas dan peminatnya terus tumbuh. Bahkan, di sejumlah kota  besar berdiri komunitas-komunitas pengguna dan pecinta produk Abekani atau Abekani Lovers. "Abekani justru kurang dikenal di Yogyakarta dan lebih dikenal di Jabodetabek", katanya.
Berbagai cara dilakukan untuk memperkuat relasi dengan konsumen setia Abekani. Agar bisa mengikuti tren dan mengetahui selera konsumen, ia sering berdiskusi dan membuat polling bersama Abekani Lovers.Â
Tunjung juga menerapkan sistem pre-order dan melayani pemesanan secara kustom untuk konsumennya yang memiliki keinginan khusus. Cara-cara tersebut terbukti berhasil membuat produk-produk Abekani disukai banyak orang.