Hal lain yang perlu diketahui bahwa dengan mengucapkan "Selamat Datang Anies Baswedan", maka pada saat bersamaan Surya Paloh, Nasdem dan Metro TV secara tersirat menyampaikan pesan lainnya, yakni "Selamat Tinggal Ahok".
Era Ahok sebagai media darling di Metro TV mungkin telah berakhir. Tidak perlu analisis atau uraian panjang untuk menjelaskan hal tersebut. Anies dan Ahok adalah manifestasi dari dua wujud citra yang serba berlawanan selama ini. China vs Pribumi, Kafir vs Agamis, Kasar vs Santun, Minoritas vs Mayoritas. Hal konyol apa lagi yang kurang untuk diperhadapkan dari keduanya? Oleh karena itu, mustahil menjadikan keduanya sebagai idola pemberitaan secara bersamaan.
Idola hanya satu. Rumusnya adalah jika sudah memeluk Anies, maka tidak usah lagi melihat Ahok.Â
Transfer Anchor
Pekerjaan memoles citra seseorang melalui pemberitaan TV mungkin akan membuat lidah  seorang reporter dan pembaca materi berita menjadi kelu. Perubahan narasi dari yang semula menyerang ke memuji dan memuja memang bisa ditangani dengan tameng profesionalisme. Namun, profesionalisme pula yang bisa menggerakkan seorang pergi bila suara dan ucapan yang diperdengarkan dari mulutnya ternyata sudah tak sesuai dengan bisikan hati nuraninya.Â
Sangat mungkin dalam beberapa waktu ke depan akan terjadi pergantian news anchor Metro TV. Satu atau beberapa nama mungkin pindah TV berita CNN Indonesia, TV Dangdut Indosiar, atau TV lainnya.
Jika ada transfer out, maka biasanya diikuti pula dengan transfer in. Oleh karena itu, wajah baru mungkin juga akan segera hadir di meja berita Metro TV. Secara ekstrem seorang yang sebelumnya mengisi layar berita TV One bisa saja tiba-tiba muncul sebagai news anchor Metro TV.
"MetroTipu" Jadi "MetroLoveU"
Salah satu yang menarik dari kontes pertarungan politik di Indonesia dan dampaknya pada pertelevisian ialah timbulnya polarisasi penonton TV secara tajam. Secara gamblang kita ambil contoh betapa banyak pendukung Prabowo menjadikan TV One sebagai "saluran berita nasional" mereka, sedangkan pendukung Jokowi menjadikan Metro TV sebagai "barometer sumber informasi" mereka.Â
Kini keadaan berubah. Bahkan, telah berbalik dalam konteks Anies vs Ahok. Maka diperkirakan orang-orang yang sebelumnya menghapus saluran Metro TV akan buru-buru mengambil remotnya kembali, mencari gelombang frekuensi Metro TV dan menempatkannya di saluran nomor 1 sampai 5.Â
Orang-orang yang semula membenci dan memboikot Metro TV kini harus mulai bersiap diri untuk terbiasa terpesona pada layar Metro TV. Mereka perlu juga memikirkan untuk mengganti label sebutan "Metrotipu". Panggilan sayang "MetroLoveU" terdengar cukup manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H