Rupanya butuh waktu lama untuk meyakinkan KH. Hasyim Asy'ari agar mau mendirikan NU. Pada waktu itu Hadratussyaikh berpandangan bahwa pembentukan NU bisa menyebabkan masyarakat, terutama umat Islam semakin terkotak-kotak. Pandangan semacam  ini membuktikan bahwa sebagai ulama tradisional KH. Hasyim Asyari memiliki visi yang berorientasi pada persatuan umat.
Meski demikian, berkat pendekatan penuh kesabaran dari Kiai Wahab dan ulama lainnya, serta tentunya hasil perenungan KH. Hasyim Asy'ari sendiri, Nahdlatul Ulama akhirnya didirikan.
Hadratussyaikh segera tampil sebagai pemimpin NU. Gagasan dan pemikiran beliau memberi bentuk, isi, dan arah NU sebagai organisasi Islam moderat yang menghargai eksistensi budaya lokal. Gagasan dan pemikiran besar KH. Hasyim Asyari terus diwariskan serta menginspirasi semangat-semangat yang diusung NU sampai hari ini, Â salah satunya adalah Islam Nusantara.Â
Hingga wafat pada 1947, KH. Hasyim Asyari masih menempati posisi sebagai Rais Akbar NU. Sejak KH. Hasyim Asyari tiada hingga kini posisi Rais Akbar tak pernah diduduki oleh tokoh lain. Salah satu bukti dan pengakuan bahwa sosoknya tak tergantikan sampai kapanpun.
Segenap sifat ketokohan, kepemimpinan, dan kharisma KH. Hasyim Asy'ari adalah perwujudan dari luasnya visi dan wawasan beliau terhadap agama serta kehidupan. Kukuh memegang prinsip-prinsip Islam, tapi lembut dan tidak kaku dalam penyampaiannya. Ulama tradisional yang kuat memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat, tapi memiliki pandangan yang maju. Itulah KH Hasyim Asy'ari, mahaguru umat Islam Indonesia sepanjang zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H