Pria itu bernama Karl von Smith yang pertama kali bertemu dengan KH. Hasyim Asy'ari pada 1931. Menurut Karl von Smith andai ada sepuluh orang seperti KH. Hasyim Asy'ari yang berdakwah di Eropa, maka tak diragukan lagi bahwa hampir semua orang Eropa akan memeluk Islam.Â
Bukan tanpa alasan Karl von Smith menyampaikan hal itu. Selama menimba ilmu dari KH Hasyim Asyari, ia tak pernah dipaksa untuk segera memeluk Islam. KH Hasyim Asyari menuntunnya secara lemah lembut dan menarik dengan menunjukkan contoh-contoh sederhana peristiwa kehidupan. Pada awal pengajaran KH Hasyim Asyari tak sekalipun menyampaikan ayat-ayat AlQuran maupun hadist.
Semua proses dijalani dengan sangat mengesankan. Bahkan setelah itu KH Hasyim Asy'ari tetap membebaskan Karl von Smith menentukan agama yang akan dianutnya sendiri. Beliau hanya memberi petunjuk, membuka wawasan, dan memaparkan pengetahuan. Berkat semua itulah Karl von Smith justru mantap untuk memeluk Islam.
Pengajaran dan dakwah yang dikembangkan oleh KH. Hasyim Asy'ari melalui Pondok Pesantren Tebuireng adalah pemahaman bahwa agama Islam menuntun umat pada kebaikan. Melalui agama manusia belajar memahami makna dalam setiap peristiwa. Dengan Islam manusia diarahkan untuk menghormati kehidupan.Â
Pemikir Ulung
KH. Hasyim Asy'ari juga seorang pemikir yang ulung. Bagi beliau berpikir dan menulis adalah ikhtiar yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan manusia dalam mendapatkan dan mengamalkan ilmu. Sepanjang hayatnya Hadratussyaikh telah melahirkan puluhan kitab.
Jumlah karyanya diyakini jauh lebih banyak lagi dibanding yang sudah terlacak sampai saat ini. Bahkan jika ditambah dengan khotbah-khotbahnya, catatan mengenai gagasan dan pemikiran beliau akan semakin tebal.
Salah satu buah pemikiran besar KH. Hasyim Asy'ari adalah Qanun Asasi yang memuat  konsep Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Meski dimunculkan hampir seabad lampau, konsep Aswaja terbukti mampu dipahami dan diikuti oleh banyak orang hingga hari ini. Tentu saja dengan sejumlah aktualisasi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Menariknya, karya-karya KH Hasyim Asy'ari yang kemudian dialihbahasakan dipelajari juga oleh negara lain. Arab Saudi bahkan meminta beberapa naskah karya KH Hasyim Asy'ari. Fakta ini sangat menarik bila menganalisis perkembangan Islam di Arab Saudi yang semakin moderat. Apakah hal itu turut dipengaruhi oleh pokok pikiran dan ajaran KH. Hasyim Asyari?
Nahdlatul Ulama
Tak mungkin memisahkan KH. Hasyim Asy'ari dari Nahdlatul Ulama (NU). Hadratussyaikh adalah pendiri sekaligus tokoh besar yang tak tergantikan bagi NU.
Pada 1926 KH. Hasyim Asy'ari bersama KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri, serta sejumlah ulama terkemuka lainnya dari Jawa mendirikan Nahdlatul Ulama. Ide pembentukan NU sebenarnya berasal dari KH Wahab Chasbullah. Namun, Kiai Wahab berpandangan bahwa organisasi NU hanya dapat diwujudkan oleh KH. Hasyim Asy'ari.