Terbukti memang pembeli silih berganti berdatangan pada Sabtu sore itu. Saya bahkan harus antre lebih dulu dan menyebutkan nama untuk dicatat urutannya.
Satu per satu pesanan selesai dibuat. Seorang pembeli di depan saya membayar tanpa mengeluarkan uang tunai. "Saya pakai Go-Pay aja ya, mas". Sedetik setelah mengucapkannya, ia langsung mengarahkan kamera smartphone miliknya ke stiker kode respon cepat yang menempel di bagian muka outlet. Transaksi pun beres seketika.
Keuntungan dan kemudahan pembayaran secara digital dengan memindai "QR code" juga dirasakan oleh Wawan yang berjualan es kelapa di Jalan Gayamsari, utara kampus UGM. Di bagian depan warung soto dan ayam goreng miliknya  yang libur selama puasa, buah kelapa terlihat menumpuk.
Menjual es kelapa sebenarnya sudah dilakukannya sejak lama. Namun, dalam beberapa bulan terakhir ia sering libur menjual es kelapa karena fokus mengelola warung soto dan ayam goreng bersama istrinya.
Kini, selama puasa ia kembali berjualan es kelapa setiap hari. Pembelinya pun cukup ramai. Menjelang buka puasa banyak para pengendara sepeda motor berhenti untuk mengantre mendapatkan es kelapa yang segar darinya.
***
Layanan pembayaran digital yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi finansial (tekfin) memang semakin diminati. Pelan-pelan metode pembayaran dengan dompet digital dan "QR code" menggusur uang tunai keluar dari kebiasaan transaksi masyarakat.
Memang dalam jangka pendek perusahaan seperti Go-jek/Go-Pay, OVO, Ottopay, dan sejenisnya pasti rugi karena harus "membakar uang" untuk program "cashback", promosi diskon, dan sebagainya. Lewat program-progam tersebut perusahaan memanjakan dua pihak sekaligus, yakni pemilik usaha/penjual dan konsumen/pembeli. Jumlah uang yang digelontorkan tidak sedikit, bahkan mungkin terus bertambah.