Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kamu Tega Pesan Makanan lewat Ojek Daring Hanya Bayar Rp 1000?

3 Mei 2019   08:37 Diperbarui: 3 Mei 2019   16:51 1970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanya Rp1000 sudah bisa makan enak tanpa keluar tenaga. Mau? (dok. pri).

Suara-suara faktual secara benar mengatakan bahwa saldo dompet digital yang terpotong tidak selalu sama secara nominal dengan yang diterima oleh tukang ojek pengantar makanan. Mereka dibayar lebih besar. Akan tetapi bisikan-bisikan etis tidak berkata tentang hal itu.

Hanya Rp1000 sudah bisa makan enak tanpa keluar tenaga. Mau? (dok. pri).
Hanya Rp1000 sudah bisa makan enak tanpa keluar tenaga. Mau? (dok. pri).
Sejauh kita menganggap bahwa setiap orang adalah makhluk yang bebas dalam berkehendak, maka kita tidak harus memilih secara konsisten antara suara faktual atau bisikan etis. Masalahnya hampir tidak mungkin kita membungkam begitu saja bisikan-bisikan etis seperti halnya kita tidak bisa menutup telinga pada suara-suara faktual. 

Kita tidak bisa menyuruh diam bisikan-bisikan etis untuk kemudian hanya meminta suara-suara faktual yang menentukan keputusan kita atau sebaliknya. Maka keputusan manusia tidak lepas dari interaksi rumit antara suara-suara faktual dan bisikan-bisikan etis.

Soal memesan makanan lewat ojek daring, tumbukan antara suara faktual dan bisikan etis berlangsung tidak sebentar bagi saya. Seringkali keputusan untuk melanjutkan atau mengurungkan memesan baru saya ambil setelah 15-30 menit kemudian. Saling silang antara suara-suara faktual dan bisikan-bisikan etis kadang berujung pada keputusan untuk menarik keinginan menyuruh orang lain membelikan makanan.

Dua hari yang lalu saya menemukan halaman pemesanan makanan di aplikasi ojek daring saya menampilkan harga Rp 1000. Saya akan mendapatkan seporsi nasi dengan lauk dari sebuah kedai yang jaraknya 2 km. Saya hanya cukup diam menunggu dan membiarkan tukang ojek yang mengantarnya nanti memotong saldo uang elektronik saya sebesar Rp 1000. Kenyataannya sampai setengah jam kemudian tidak terjadi apa-apa dengan tombol "pesan sekarang".

***

Pengalaman-pengalaman subyektif mungkin bisa menolong seseorang dalam memutuskan pilihan ketika suara faktual dan bisikan etis bertumbukan. Itu dimungkinkan karena pengalaman subyektif tertentu juga merupakan sumber dari suara faktual dan bisikan etis sekaligus.

Suara-suara faktual dan bisikan-bisikan etis yang saling menyeruak dalam diri saat kita ingin memesan makanan lewat ojek daring tak lepas dari pengalaman-pengalaman subyektif. Setiap orang memiliki pengalaman subyektif yang mungkin berbeda satu sama lain. 

Beberapa pengalaman subyektif menjadi semacam panduan bagi saya dalam menimbang keputusan memesan atau tidak memesan makanan lewat ojek daring.

Pertama-tama saya akan melongok ke luar dan memandang ke atas. Cuaca mendung, apalagi hujan, sudah cukup menjadi alasan untuk mengurungkan niat memesan makanan lewat ojek daring. Sejauh mana kita sanggup menyuruh orang lain menembus hujan dan kedinginan untuk mencarikan kita makanan lalu mengantarkan ke tempat kita yang nyaman? 

Saya juga tidak memesan di atas pukul 21.00. Benar memang ada banyak tukang ojek daring yang lebih aktif di malam hari dan tetap banyak penjual makanan yang bisa kita pilih selama 24 jam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun