Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Pacar" yang Baik Bisa Menyelamatkan Kita dari Kebodohan

9 Maret 2019   08:29 Diperbarui: 10 Maret 2019   12:32 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang pengunjung Festival Patjar Merah sedang memilih buku di rak buku Sosial, Politik, dan Hukum pada Kamis, 7 Maret 2019 (dok. pri).

Tan seperti kita tahu hanya memegang satu cinta yang dia anggap layak untuk diperjuangkan. Ia hanya benar-benar cinta pada tanah airnya. Ia menghidupi cintanya dengan semangat memerdekakan bangsanya dari penjajah. Kini, Patjar Merah hidup kembali melalui wadah literasi yang juga memiliki semangat memerdekaan, yakni memerdekakan masyarakat dari kebodohan.

Buku dari penerbit indie ternyata banyak diminati di Patjar Merah (dok. pri).
Buku dari penerbit indie ternyata banyak diminati di Patjar Merah (dok. pri).
Oleh karena itu, acara literasi Patjar Merah bukan hanya berbentuk pasar buku. Literasi lebih dari sekadar membeli dan membaca buku. Maka dipertemukanlah para pengunjung dengan narasumber-narasumber, antara lain Ivan Lanin, Ria Papermoon, Trinity, Joko Pinurbo, Adimas Imanuel, Jenny Jusuf, Max Lane, dan masih banyak lagi. Tujuannya agar para para penulis, pembaca, pembuat konten, komunitas, dan masyarakat umum bisa saling bertukar gagasan, pengalaman, keterampilan, serta menularkan semangat-semangat positif. Sekat di antara mereka coba dilebur melalui "Obrolan Patjar" dan "Lokakarya".

Menjadi Wanita Kreatif

Salah satu obrolan yang berlangsung pada Kamis siang itu adalah obrolan bersama Ibu Etu, seorang wanita kreatif pemilik akun instagram @restuutamidewi yang juga penulis buku "Go Kitchen". Kepada puluhan ibu-ibu yang menyimak obrolannya siang itu, Ibu Etu membagikan pengalamannya baik sebagai ibu rumah tangga, pembuat kue, hingga menjadi penulis.

Ibu Etu mengaku sudah kenal dengan kesibukan dapur sejak kecil. Pengalaman itu memperkuat kesadarannya bahwa wanita perlu bisa memasak, minimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri.

Ia lalu berkreasi dengan resep. Pada suatu hari ia mendapat berkah saat bumbu rujak buatannya diliput stasiun TV. Ia dan bumbu rujaknya pun semakin dikenal luas. Efek berantainya pengikut akun instagramnya juga bertambah. Melalui instagram itulah Ibu Etu kemudian gencar mempromosikan kreasi makanan buatannya, terutama kue. Foto-foto kue hasil kreasinya yang cantik dan menarik diunggah di sana.

Obrolan bersama Ibu Etu (dok. pri).
Obrolan bersama Ibu Etu (dok. pri).
Konsistensinya mencipta olahan makanan yang menarik dilanjutkan dengan mengadakan demo memasak di berbagai kota, meski awalnya ia agak grogi memasak di depan orang banyak. Kesuksesan acara demo memasaknya itulah yang menjadi awal mula datangnya kesempatan membuat buku.

Selain berbagi pengalamannya seputar hobi memasak yang "menghasilkan", Ibu Etu juga berbagi kiat mengelola waktu sebagai seorang ibu rumah tangga yang kreatif dengan banyak kegiatan. Meski memiliki 4 asisten yang membantu urusan rumah tangga dan bisnisnya, untuk urusan mengurus anak dan memenuhi kebutuhan keluarga lainnya, Ibu Etu selalu berusaha turun tangan sendiri. Ia menggunakan waktunya di pagi hari untuk mengerjakan berbagai tugas wajibnya sebagai seorang ibu dan istri. Ibu Etu tidak tega dan tidak ingin melepas anak-anaknya terlalu lama bersama pengasuh.

Ibu Etu memilih memaksimalkan waktu pada siang atau malam hari untuk menjalankan hobi dan bisnisnya. Ia menerapkan ritme kerja yang cepat agar tetap punya waktu untuk istirahat. Ibu Etu juga untuk tidak pilih-pilih pelanggan. Banyak atau sedikitnya pesanan bukan menjadi target utama. Tanggung jawab dan profesionalitas lebih ia utamakan.

Pacar yang Baik

Lewat tengah hari, saya memutuskan menyudahi kunjungan ke Patjar Merah . Di antrean kasir saat hendak membayar beberapa buku yang saya ambil, saya kembali bertemu dengan Azzam. Mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah itu telah mendapatkan tiga buah buku yang semua tebal. Satu di antaranya "Kuasa Kata", karya besar Benedict Anderson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun