Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bu Wiwin dan Terang Bulan Jadul di Yogyakarta

26 November 2018   10:42 Diperbarui: 26 November 2018   18:39 1697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terang bulan jadul yang mirip pancake (dok. pri).

Pada mulanya wanita itu terlihat duduk. Tangannya menggenggam plastik berisi minuman. Dari kejauhan pandangannya datar dan tanpa reaksi menatap arus kendaraan, entah itu bus, mobil, maupun sepeda motor, yang susul menyusul di sepanjang Jalan Agro, utara Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 

Senin (19/11/2018) siang itu menjelang pukul dua belas matahari sedang terik. Meskipun sudah memasuki musim hujan, tapi sinar matahari tetap menyengat. 

Pada bagian trotoar yang lebih teduh karena dinaungi pepohonan sehingga beberapa tukang ojek menjadikannya sebagai tempat mangkal, ia berdiam menunggu. Berharap ada yang menghampiri sepeda tuanya.

Benar saja, tidak lama kemudian tiga sepeda motor berhenti hampir bersamaan. Pengendaranya turun dan mendekatinya. Beberapa orang yang baru keluar meninggalkan pintu pagar kampus juga mendekat. Wanita itu pun menjadi lebih sibuk. Satu demi satu isi kotak kayu di belakang sepedanya berpindah tangan kepada orang-orang itu.

Terang bulan jadul (dok. pri).
Terang bulan jadul (dok. pri).
Begitulah Bu Wiwin melakoni hari-harinya dengan menjual jajanan terang bulan. Bukan terang bulan seperti yang kebanyakan orang tahu selama ini. Melainkan terang bulan jadul.

Wanita berusia 50 tahun asal Lumajang tersebut baru sekitar 3 bulan merantau ke Yogyakarta. Sebelumnya selama 4 tahun ia menjajakan terang bulan jadul di Kota Solo. "Di Solo sudah ada banyak, sekitar empat belas", jawabnya saat ditanya alasan pindah dari Solo ke Yogyakarta.

Terang bulan jadul yang mirip pancake (dok. pri).
Terang bulan jadul yang mirip pancake (dok. pri).
Seperti sewaktu masih di Solo, di Yogyakarta ia pun berjualan secara keliling dengan menggunakan sepeda onthel. Sebuah kotak kayu terpasang di bagian belakang sepedanya sebagai tempat meletakkan bahan-bahan membuat terang bulan.

Pada mulanya Bu Wiwin berjualan di sekitar Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Kemudian ia mencoba berjualan di sekitar GOR Klebengan yang juga tak jauh dari kampus UGM. Namun, saat ini ia lebih suka menunggu pembeli di Jalan Agro. 

Lokasinya yang strategis dekat dengan hunian mahasiswa dan berhadapan dengan pintu utara kawasan kampus UGM membuatnya berharap akan lebih banyak pembeli yang tertarik dengan terang bulan jadul.

Terang bulan jadul yang dijajakan Bu Wiwin (dok. pri).
Terang bulan jadul yang dijajakan Bu Wiwin (dok. pri).
Bu Wiwin tinggal di kawasan padat Kampung Sayidan di pinggiran Sungai Code. Sebuah tempat tinggal sederhana dikontraknya sebagai tempat bernaung selagi mencari nafkah di Yogyakarta. 

Dari tempat itulah setiap hari ia mengayuh sepeda sejauh lima hingga enam kilometer menuju kawasan kampus UGM. Biasanya sekitar pukul delapan pagi ia sudah sampai di Jalan Agro.

Terang bulan jadul Bu Wiwin sepintas lebih mirip roti pancake yang lebar. Lembaran "pancake" sudah dibuat terlebih dahulu dan tinggal diramu saat ada yang membeli. 

Sebuah terang bulan jadul seharga Rp6000 adalah dua "pancake" yang ditumpuk dan ditaburi gula halus berwarna putih. Bu Wiwin kemudian menambahkan kental manis cokelat dan cokelat meses di atasnya. Ada pula selai rasa buah bagi yang menghendaki rasa lain. 

Meski terang terang bulan jadul Bu Wiwin tidak setebal terang bulan pada umumnya, tapi lumayan mengenyangkan karena teksturnya padat. 

Sedikit aroma wangi tercium dan cita rasanya manis karena tambahan gula dan kental manis cokelat.

Kebanyakan pembeli terang bulan jadul Bu Wiwin adalah mahasiswa. Selain itu masyarakat umum yang penasaran melihat tulisan "Jajanan Terang Bulan Djadoel" di kotak kayu di belakang sepeda Bu Wiwin. Kotak kayu berwarna tosca itu pun terlihat mencolok sehingga menarik perhatian.

Bu Wiwin berjualan terang bulan di Jalan Agro kawasan kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (dok. pri).
Bu Wiwin berjualan terang bulan di Jalan Agro kawasan kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (dok. pri).
Setiap hari Bu Wiwin biasa membawa 75-100 terang bulan jadul. Namun, siang itu ia hanya membawa separuh dari jumlah biasanya. Itu pun belum terjual habis hingga tengah hari sehingga ia perlu lebih lama lagi menunggu pembeli. 

"Tadinya mau nggak berangkat (jualan) karena sedang agak sakit", katanya sambil menunjukkan tangan kanannya yang dipenuhi tempelan koyo penghangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun