Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Selamat Tinggal VISA dan Mastercard, Selamat Datang "Garuda"

3 September 2018   12:55 Diperbarui: 3 September 2018   18:17 3420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan kartu debit berlogo GPN dengan kartu debit berlogo Mastercard (dok. pri).

Kedaulatan negara tidak hanya menyangkut wilayah. Kedaulatan meliputi banyak bidang. Termasuk dalam urusan perbankan. Menegakkan kedaulatan perbankan bukan berarti anti terhadap asing. Tapi penting untuk memiliki atau menggunakan produk, layanan, dan sistem yang bertumpu pada keunggulan dalam negeri. Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) adalah upaya Bank Indonesia untuk memperkuat kedaulatan bangsa dan negara.

***

Tentang Gerbang Pembayaran Nasional dan bagaimana cara untuk mulai berpartisipasi  sudah saya pernah ceritakan sebelumnya. Silakan baca di sini.

Intinya Gerbang Pembayaran Nasional membuat pemrosesan transaksi pembayaran secara elektronik melalui berbagai instrumen nontunai, seperti kartu debit, uang elektronik, dan kartu kredit, semuanya bisa dilakukan dan dikontrol di Indonesia.

Gerbang Pembayaran Nasional merupakan sebuah lompatan dan kemajuan yang besar karena sebelumnya pemrosesan transaksi nontunai dilakukan di luar negeri melalui jasa sistem pembayaran asing seperti Visa, Mastercard, dan UnionPay.

Logo-logo jasa keuangan asing tersebut yang selama ini menempel pada kartu debit atau kredit yang kita gunakan menunjukkan kedaulatan perbankan nasional belum sepenuhnya tegak karena masih tergantung pada layanan asing.

Gambar (dok. pri)
Gambar (dok. pri)
Sejak diluncurkan secara nasional pada 29 Juli 2018, GPN mulai diterapkan pada kartu debet bank-bank di Indonesia. Nasabah pun dianjurkan untuk menukar atau mengganti kartu debit berlogo Mastercard, Visa dan lain sebagainya dengan kartu debit berlogo GPN.

Pada kartu debit yang baru tidak ada lagi logo Mastercard maupun VISA. Semua itu digantikan dengan gambar Burung Garuda yang sedang terbang mengepakkan kedua sayapnya. Itulah logo Gerbang Pembayaran Nasional. Deret angka pada bagian depan kartu debet juga tidak lagi diawali dengan angka 4 (kode VISA) atau 5 (kode Mastercard).

***

Keunggulan dan kelebihan Gerbang Pembayaran Nasional berorientasi pada kemudahan, kenyamanan, dan keamanan transaksi. Penerapan GPN juga mendorong integrasi sistem pembayaran melalui penataan infrastruktur dan mekanisme yang lebih inklusif di Indonesia.

Pengalaman saya menggunakan kartu debet GPN untuk melakukan pembayaran nontunai berikut ini mungkin bisa memberi gambaran keunggulan atau kelebihan GPN. Saya menggunakan dua kartu debit GPN dari dua bank berbeda tempat saya menabung saat ini, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM).

Pada Kamis sore, 30 Agustus 2018, saya berbelanja buku di Bentara Budaya Kompas Yogyakarta. Ada bazar Kumur-kumur Buku Kompas di mana buku-buku terbaru dari Penerbit Buku Kompas dijual dengan diskon 30-50%, sementara buku-buku yang lebih lama (terbitan 2012-2015) dihargai Rp10.000-20.000.

Kali ini saya membeli delapan buku. Oleh karena semuanya bagus dan ada yang telah saya incar sejak lama, ada baiknya saya sebutkan judulnya, yaitu Drupadi (Putur Fajar Arcana), Teman Duduk (Daoed Joesoef), Surabaya Tumpah Darahku (Suparto Brata), Rakyatisme (Alois A. Nugroho), Menitip Mayat di Bali (Gde Aryantha Soethama), Seputar Proklamasi Kemerdekaan (Hendri F. Isnaeni, ed), Seribu Senyum dan Setetes Air Mata (Myra Sidharta), dan Crazy Little Heaven (Mark Heyward). Delapan buku itu hanya dihargai Rp175.000, sangat murah karena jika mengikuti harga pada katalog Buku Kompas totalnya lebih dari Rp500.000.

Awalnya saya membayar empat buku secara tunai karena kasir hanya menerima pembayaran tunai. Tapi ternyata ada satu kasir lainnya yang dilengkapi mesin EDC BCA. Saya pun beralih ke kasir tersebut untuk mencoba melakukan pembayaran buku-buku selanjutnya. Saat mengatakan hendak membayar menggunakan kartu debet BNI, petugas kasir melayani meski kartu debit saya berbeda dengan mesin EDC yang tersedia.

Dengan cepat dan sigap petugas memasukkan ujung kartu debit BNI saya ke mesin EDC BCA tersebut. Gantian saya memasukkan PIN untuk menyelesaikan pembayaran. Pembayaran pun berhasil dan kertas bukti transaksi keluar dari mesin EDC.

Selain pembayaran berhasil, saya juga tidak dikenakan biaya transaksi meski kartu debit saya dan mesin EDC yang digunakan berasal dari dua bank berbeda.

Belanja buku di Kompas Yogyakarta dengan kartu debit BNI-GPN dilayani dengan mesin EDC BCA tanpa biaya tambahan (dok. pri).
Belanja buku di Kompas Yogyakarta dengan kartu debit BNI-GPN dilayani dengan mesin EDC BCA tanpa biaya tambahan (dok. pri).
Begitulah keunggulan Gerbang Pembayaran Nasional. Pembayaran dengan kartu debit GPN bisa dilakukan secara lebih leluasa dan mudah pada instrumen atau mesin EDC dari bank yang berbeda. Bahkan, ke depannya akan didorong penggunaan satu mesin EDC yang bisa melayani transaksi kartu GPN dari berbagai bank.

Dengan GPN biaya transaksi yang biasanya dibebankan kepada pemilik kartu akan turun dan bahkan gratis. Pengalaman saya sore itu setidaknya membuktikan bahwa penggunaan kartu debet BNI berlogo GPN memang tidak dikenakan biaya tambahan.

Soal biaya ini juga pernah saya dengar dari petugas customer service Bank Syariah Mandiri saat saya mengunjung Graha Syariah Mandiri Yogyakarta pada 30 Juli 2018. Saat itu petugas menjelaskan bahwa membayar dengan kartu debet BSM berlogo GPN pada EDC bank manapun tidak dikenakan biaya tambahan.

Saya pun membuktikannya. Sudah tiga kali saya menggunakan kartu debit BSM untuk melakukan pembayaran di tempat yang berbeda. Sebelum membayar saya menanyakan perihal biaya tambahan kepada kasir dan dijawab bahwa hal itu tidak ada. Sampai di sini bisa dikatakan bahwa keuntungan yang ditawarkan oleh Gerbang Pembayaran Nasional dapat dirasakan.

Namun, aturan atau kebijakan GPN tampaknya belum diterima atau diterapkan secara luas. Masih dijumpai penerapan yang berbeda di beberapa tempat. Soal pengenaan biaya tambahan, misalnya, di sebuah toko buku di Yogyakarta pembayaran dengan kartu debit berlogo GPN masih dikenakan tambahan biaya 1,5%.

Saat ditanyakan kepada petugas kasir, hanya disebutkan bahwa aturan tokonya belum berubah. Tidak jelas aturan apa yang dimaksud. Oleh karena itu, meski menggunakan kartu debet GPN lebih baik selalu menanyakan perihal kebijakan biaya tambahan kepada kasir sebelum membayar.

Kemudian persoalan klasik lainnya seputar jumlah minimal belanja menggunakan kartu debit. Ada toko yang mensyaratkan pembayaran nontunai minimal Rp30.000. Di lain tempat syaratnya minimal Rp50.000. Tapi suatu kali di toko yang berbeda saya bisa membayar secara nontunai hanya untuk sebotol air minum.

Persoalan penerapan yang berbeda seperti di atas perlu segera ditangani. Dibutuhkan sosialisasi yang lebih luas dan jelas kepada semua pihak, termasuk merchant dan tempat-tempat yang melayani pembayaran nontunai.

Masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi yang lebih detail, termasuk soal perbedaan kebijakan bank dan merchan, serta ketentuan lainnya seputar Gerbang Pembayaran Nasional. Sangat disayangkan jika upaya untuk  mewujudkan sistem pembayaran yang lebih mudah dan inklusif selalu terkendala oleh persoalan yang itu-itu saja.

Selamat tinggal Mastercard (dok. pri).
Selamat tinggal Mastercard (dok. pri).
Di luar persoalan di atas, Gerbang Pembayaran Nasional tetap harus kita dukung. Menggunakan kartu debit GPN berlogo gambar "Garuda" adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam memperkuat kedaulatan bersama. Selagi masih menjejak di tanah Indonesia, tidak ada salahnya mengucap: "Selamat tinggal, Visa dan Mastercard".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun