"Minum Tolak Angin saja". Kalimat itu yang sering pertama kali disampaikan setiap anggota keluarga kami jika ada anggota keluarga lainnya sedang kurang enak badan. Entah kapan persisnya Tolak Angin menjadi "konsensus" di keluarga kami. Pilihan menjadikan Tolak Angin sebagai sahabat keluarga barangkali tak lepas dari kebiasaan kami yang suka minum minuman tradisional dan jamu.Â
Sejak dulu orang tua menekankan kepada saya dan dua saudara saya untuk tidak "sedikit-sedikit minum obat". Obat-obatan memang dibutuhkan untuk mengatasi sakit, tapi terlalu bergantung pada obat juga kurang baik. Sebagai alternatif sejak kecil kami sering diberi minuman hangat berbahan alami seperti wedang jahe dan wedang uwuh jika sedang masuk angin, flu, atau meriang.
Sejak SMP saya sudah terbiasa minum jamu seperti beras kencur dan kunyit asam. Ibu sering membelikannya dari penjual jamu gendong yang berjualan keliling di sekitar rumah. Seiring waktu kami tidak terlalu sering lagi meminum jamu. Namun, saya dan keluarga masih suka merebus atau menyeduh minuman hangat dari bahan-bahan herbal kering jika ingin menikmati khasiat minuman tradisional.
Naluri Tolak Angin
Kegemaran dan kebiasaan menikmati minuman berbahan alami sejak kecil itulah yang membuat saya mudah cocok dengan Tolak Angin cair yang diproduksi oleh Sido Muncul. Memang, dulu saat pertama kali meminum Tolak Angin saya agak terkejut dengan rasanya. Aroma dan rasanya cukup kuat sehingga saya sempat mencampurkannya ke teh hangat. Tapi kemudian lidah saya segera menerima. Meminum Tolak Angin secara langsung tidak lagi terasa aneh dan bahkan saya menyukainya.
Semakin mudah bagi saya memilih Tolak Angin saat tahu komposisinya terdiri dari bahan-bahan alami, yaitu jahe, daun mint, daun cengkeh, buah adas, buah ules ditambah madu dan diproduksi melalui proses berstandar Good Manufacturing Process (GMP). Kemasan plastiknya yang kuat dan tidak mudah pecah atau robek membuat cairan Tolak Angin senantiasa terjaga dan aman untuk dibawa.
Kadang saya harus bepergian jauh menggunakan bus. Hawa pengap di dalam bis, suhupendingin udara yang berlebihan, ditambah laju bis yang sering terhentak menjadi momok bagi saya. Dalam situasi ini Tolak Angin ampuh mencegah rasa mual berlebihan selama perjalanan. Sebelum berangkat saya selalu meminum satu sachet Tolak Angin sebagai "pengaman" perjalanan.
Oleh karena itu, saya berusaha selalu menyediakan Tolak Angin dalam kantung obat-obatan pribadi yang saya bawa ke manapun pergi. Saat packing menyiapkan kebutuhan yang harus dibawa saya pasti memeriksa isi kantung obat untuk mengetahui apakah masih ada Tolak Angin atau tidak. Jika habis saya akan membelinya di apotek atau swalayan terdekat. Dalam hal ini sangat mudah mendapatkan Tolak Angin di manapun.
Tolak Angin di Konser Idola
Cukup lama mengandalkan Tolak Angin cair, sepanjang itu pula saya mendapatkan manfaat dari khasiat kandungan bahan alaminya. Beberapa kejadian cukup berkesan di mana berkat Tolak Angin urusan dan aktivitas saya dimudahkan. Salah satunya saya alami pada pertengahan November 2015 saat akan membawakan presentasi hasil penelitian.Â
Sehari sebelum presentasi saya merasa tidak enak badan sejak sore. Badan terasa letih. Kondisi sempat menjadi lebih baik setelah makan dan menenggak dua gelas air putih hangat. Tapi hingga malam hari saya masih merasa letih dan lemas. Upaya memaksakan diri untuk tidur tidak berhasil karena badan juga terasa tidak nyaman.
Saat waktu sudah menginjak pukul 22.00 WIB, saya pergi ke apotek 24 jam untuk membeli Tolak Angin. Setelah meminumnya saya mencoba untuk memejamkan mata lagi. Sensasi hangat dari Tolak Angin memberikan rasa nyaman di badan sehingga saya bisa terlelap. Esok harinya saat bangun saya mendapati kondisi badan sudah lebih bugar dan bisa mambawakan presentasi dengan lancar. Itu berkat Tolak Angin. Saat butuh istirahat setelah menjalani aktivitas melelahkan, meminum Tolak Angin membantu saya mendapatkan tidur yang berkualitas sehingga pemulihan kondisi saat istirahat berlangsung lebih maksimal.
Menjelang malam dan mendekati waktu konser saya merasakan gejala tidak beres pada tenggorokan yang terasa agak sakit, kepala pusing dan suhu badan menghangat. Saya menduga ini karena efek kelelahan akibat perjalanan dan malam sebelum berangkat ke Surabaya saya baru tidur dini hari. Ditambah lagi sore itu Surabaya sempat diguyur hujan sehingga udara menjadi lebih dingin.
Dengan kondisi badan yang kurang nyaman saya meninggalkan hotel. Tempat makan yang berada tidak jauh dari hotel jadi tujuan pertama. Dari sana saya kemudian berjalan kaki kurang lebih 800 m menembus dinginnya malam menuju lokasi konser KAHITNA.
Waktu menunggu konser dimulai saya manfaatkan untuk beristirahat sebentar. Satu sachet Tolak Angin saya ambil dari kantung obat dan segera meminumnya. Efek hangatnya mampu menahan semburan pendingin udara di dalam gedung konser. Khasiat dan kehangatan Tolak Angin kemudian menjalar dari kerongkongan hingga ke perut. Perlahan kondisi badan menjadi lebih baik. Seiring dengan keringat yang keluar, pusing di kepala mulai hilang dan tenggorakan tidak lagi terlalu sakit. Saat konser dimulai, sepanjang pertunjukkan akhirnya saya bisa nyaman bernyanyi bersama KAHITNAÂ
Konser berakhir menjelang pukul 24.00 WIB. Saya melangkah pergi dengan perasaan bahagia. Setiba di hotel saya merebahkan diri, tidur sambil menikmati hangatnya kenangan merenda kasih bersama KAHITNA berkat kehangatan Tolak Angin juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H