Ada juga kisah menarik dari kunjungan Presiden Jokowi ke Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara. Kedatangan Jokowi ke salah satu daerah terluar itu ternyata mendatangkan berkah di kemudian hari. Empat bulan setelah kunjungan Jokowi, datang pengusaha besar nasional menggunakan jet pribadi ke Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud.
Di sana sang pengusaha menyatakan sanggup memberikan beasiswa bagi para putra daerah untuk dididik menjadi dokter, guru, perawat, dan bidan di Universitas Pelita Harapan. Fasilitas rumah sakit di daerah tersebut juga akan ditingkatkan. Kemudian sebuah proyek bernama Monaco Bay bernilai Rp. 6 Triliun dibangun di Teluk Manado.
Belum ada kepastian apakah kedatangan pengusaha itu ke Sulawesi Utara merupakan tindak lanjut secara langsung dari kunjungan Jokowi. Namun, mungkin begitulah "Jokowi Effect" di daerah.
Menjadi presiden dengan popularitas tinggi, membuat banyak orang mencatut nama Jokowi. Sejak sebelum dilantik hingga masa awal pemerintahan Presiden Jokowi muncul orang-orang yang mengaku dekat dengan presiden.
Nama Jokowi dimanfaatkan oleh para "pencatut" untuk kepentingan pribadi. Mereka  mengaku menerima banyak CV dari orang-orang yang ingin diloloskan sebagai menteri Jokowi. Inilah yang diduga kuat melatarbelakangi Presiden Jokowi menulis cuitan di twitter pada 21 Juni 2016 yang isinya meminta masyarakat mengabaikan orang-orang yang mencatut namanya. Asal tahu, cuitan itu dibuat Jokowi dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung.
Selain menghadapi para pencatut namanya, Presiden Jokowi juga menghadapi serangan mafia minyak. Ketegasan Jokowi memimpin pemberantasan mafia minyak cukup mencengangkan mengingat para mafia sudah seperti gurita yang bercokol sejak orde baru.
Perang melawan mafia minyak yang dilakukan oleh Jokowi ternyata membuahkan hasil. Seorang dari perusahaan minyak Eropa yang tidak mau disebutkan identitasnya memberita tahu jika saat ini mafia minyak sangat terganggu dan marah besar pada Presiden Jokowi. Tanda-tanda kemarahan mafia minyak pun terlihat. Presiden Jokowi mulai menghadapi serangan balik dari mafia minyak.
Buku ini juga menceritakan kejadian-kejadian yang melibatkan para pembantu presiden, baik menteri maupun kepala lembaga. Mengenai orang-orang di sekeliling Presiden Jokowi, buku ini mencatat beberapa hal menarik. Misalnya, Menteri Susi yang sangat bersemangat menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pelantikan Kepala BIN, Budi Gunawan. Begitu semangatnya hingga badan Menteri Susi ikut bergerak-bergerak seperti menari.
Tentang Budi Gunawan, buku ini mengungkap bahwa jenderal polisi itu adalah seorang penulis yang mahir. Tidak banyak orang yang tahu bahwa BG sering menulis di berbagai media dan sempat menjadi kolumnis. Sebuah buku yang berisi tulisa-tulisan BG rencananya akan diterbitkan.