Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Klaten, Warga Non-Muslim Ikut Pengajian Tahlilan

5 Juli 2018   14:00 Diperbarui: 5 Juli 2018   19:19 4101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pengajian 40 hari meninggalnya kakek pada 4 Juni 2018. Beberapa yang ikut pengajian adalah warga nonmuslim (dok. pri).

Senin malam, 4 Juni 2018, rumah kakek di Wedi, Klaten, Jawa Tengah ramai oleh orang-orang. Pintu-pintu rumah dibuka dan lampu menyala terang. Lantunan doa, dzikir, dan surat Yasin terdengar. Malam itu, kami keluarga dan para tetangga menggelar pengajian 40 hari meninggalnya kakek.

Pengajian berlangsung khusyuk. Selain karena rumah kakek berada di desa dan terletak di tepi persawahan yang hening, juga karena yang datang cukup banyak. 

Sekitar 60 orang mengikuti pengajian malam itu. Semuanya berkumpul menjelang pukul 21.00 WIB setelah sholat tarawih selesai.

Rasanya bersyukur dan lega karena banyak tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh, ikut mendoakan kakek. Oleh karena rumah kakek tidak besar, mereka yang datang duduk hingga teras dan halaman di samping rumah.

Pengajian dipimpin oleh seorang kiai ulama setempat. Setiap kali berkunjung ke rumah kakek saya sering melihatnya bertindak sebagai imam di mushola dan juga memimpin acara keagamaan yang digelar di desa.

Selama memimpin doa, beberapa kali pak kiai menyampaikan pesan dan pengantar yang disampaikan dalam bahasa Jawa dan Indonesia.

Salah satu yang menarik adalah ucapannya saat akan memulai pengajian. "Kepada yang nonmuslim silakan menyesuaikan sendiri". 

Ucapan seperti itu setidaknya beliau sampaikan dua kali, termasuk saat kami semua hendak menikmati hidangan setelah pengajian selesai. Saat kudapan dan nasi disajikan beliau memimpin doa sebelum makan bersama.

Barangkali ucapan pak kiai itu terdengar aneh dan tidak pada tempatnya karena pengajian tahlilan 40 hari meninggalnya seseorang adalah kebiasaan masyarakat Jawa yang beragama Islam.

Jadi, apa perlunya pesan, "kepada yang nonmuslim silakan menyesuakan sendiri", dari pak kiai malam itu?

Rupanya, tetangga yang hadir di pengajian 40 hari meninggalnya kakek tidak semuanya beragama Islam. Ada juga tetangga nonmuslim yang datang.

Tetangga-tetangga nonmuslim itu memang tidak ikut melantunkan doa-doa secara Islam. Entah apakah mereka berdoa menurut kepercayaan sendiri dan seperti apa doa yang mereka panjatkan.

Tapi mereka tampak khusyuk dan berbaur dengan tetangga lainnya yang ikut mengaji di halaman samping luar rumah kakek. Tetangga-tetangga nonmuslim itu juga mengikuti pengajian hingga selesai.

Di Klaten, khususnya di Desa Tanjungan kampung halaman kakek ni memang bukan hal aneh menyaksikan warga berbaur mengikuti kegiatan sosial keagamaan secara bersama-sama.

Jika pada malam itu warga nonmuslim datang ke pengajian 40 hari meninggalnya kakek, sebelumnya saya juga pernah menyaksikan acara Sadranan atau doa bersama menjelang Ramadan yang diikuti oleh penduduk desa tanpa memandang perbedaan agama.

Warga muslim dan nonmuslim tampaknya menjadikan kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan sebagai wahana untuk merawat kerukunan dalam kehidupan mereka.

Perbedaan yang tumbuh dan berkembang sejak lama di desa mereka tidak menjadikan warga hidup tersekat.

Warga memiliki kearifan yang membuat mereka mampu menjalankan amalan-amalan kehidupan dan toleransi tanpa diliputi kekhawatiran akan menganggu akidah masing-masing.

Kesadaran warga akan pentingnya kerukunan menuntun mereka bersikap luwes terhadap perbedaan. 

Barangkali itulah mengapa warga nonmuslim bisa dan biasa menghadiri pengajian tetangganya yang beragama Islam. Hal lainnya adalah rumah kakek hanya berjarak 30 meter dari sebuah gereja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun