***
Meskipun demikian VAR ada bukan karena gol Inggris di masa lalu tidak dianggap. Bukan pula karena FIFA rajin menyaksikan pertandingan Liga Indonesia dan mendapati wasit  di sini dikejar dan diteriaki "goblok!". Bukan itu. VAR adalah kebutuhan dari sepakbola modern yang lebih luas.Â
Sama maknanya dengan teknologi garis gawang dan juga perangkat pendukung wasit lainnya, seperti alat komunikasi yang digunakan wasit dan asistennya, Â VAR ada karena sepakbola modern menghendaki keadilan yang lebih baik. Tak semestinya wasit terlalu sering mengacuhkan bola yang sudah masuk ke gawang. Kekhilafan wasit yang membiarkan pemilik tangan dan kaki nakal beraksi diam-diam membanting pemain lawan harus dieliminasi. Alangkah naifnya sepakbola jika kesempatan-kesempatan terbaik yang dimiliki sebuah tim untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan adil itu hilang oleh karena mata wasit melewatkannya begitu saja.
Semua itu karena di lapangan hijau wasit adalah wakil Tuhan dan wasit di manapun dihadapkan pada kondisi serta tugas yang tidak mudah. Selain harus siap menjadi sasaran amarah para pemain dan serbuan cacian dari ribuan penonton yang mengawasinya di tribun, wasit juga harus berlaku layaknya sang mahaadil.
VAR adalah pendekatan teknologi yang memungkinkan wakil Tuhan itu hadir di lapangan. Memang tidak akan seratus persen menjamin keadilan. Tapi hal terbaik itulah yang diharapkan. Dengan VAR perayaan sepakbola tidak akan berkurang sedikitpun. Dengan VAR, Piala Dunia 2018 akan tetap menjadi panggung bagi pertandingan-pertandingan terbaik yang menarik untuk ditonton dan jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.
Jadi, mari nikmati permainan dan drama-drama baru sepakbola dengan sentuhan VAR. Termasuk menyiapkan hati selapang-lapangnya jikalau di final nanti sang juara dunia meraih trofi berkat VAR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H