Jam menunjukkan pukul 10 WIB, matahari mulai terik dan terasa menyengat kulit. Untungnya saya berada di lereng Gunung Kawi yang dilingkupi hutan berlimpah udara segar Semilir angin yang berhembus terasa melenakan.
Setelah berhenti sejenak dan melakukan persiapan ringan untuk melemaskan otot, langkah-langkah kaki berikutnya mempertemukan saya dengan pesona alam yang tiada duanya. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Coban Glotak.
***
Coban Glotak yang saya kunjungi Desember lalu ini berada di Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Wilayah Desa Dalisodo terletak di lereng Gunung Kawi yang berjarak sekitar 20 Km di barat Kota Malang. Tidak terlalu jauh sebenarnya, tapi untuk mencapai ke sana saya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.
Panduan dari Google Maps yang saya gunakan sejak berangkat dari Kota Malang ternyata kurang akurat sehingga saya harus beberapa kali berhenti untuk bertanya ke beberapa orang demi memastikan jalan yang diambil telah benar.
Baru setibanya di Desa Dalisodo dijumpai papan kayu penunjuk arah menuju Coban Glotak. Papan itu terlihat masih baru dan dibuat oleh kelompok mahasiswa KKN dari salah satu universitas di Malang.
Rupanya jaraknya masih sekitar 3 Km lagi. Kali ini melalui jalanan yang kondisinya kurang baik karena berupa makadam dan tanah berkerikil. Kontur jalannya pun berkelok dengan selingan tanjakan serta turunan yang menuntut waspada.
Meskipun demikian, sepanjang perjalanan mata ditemani kearifan alam yang memikat. Rute yang dilalui bagai membelah hutan. Perbukitan di kanan dan kiri memperlihatkan kawasan hutan yang subur di bawah bentangan cakrawala yang luas. Gunung Kawi terlihat jelas meski sebagian tubuhnya tertutup awan. Pemandangan seperti ini selalu membuat saya bergetar.
***
Perasaan lega ketika akhirnya sampai di sebuah area yang lapang di mana terdapat sebuah pondok kecil dengan gapura sederhana bercat merah. Pada bagian atas gapura tergantung papan kayu bertuliskan "Welcome Coban Glotak".
Di sekitar pondok ada beberapa petugas yang berjaga. Ternyata tempat ini masih merupakan bagian dari kawasan alam di bawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Malang. Setelah membayar tiket masuk Rp4000, seorang petugas mengatakan kalau lokasi Coban Glotak sudah dekat. "Cuma sekitar 1 Km lagi, jalan kaki lewat sini sampai ketemu sungai," katanya sambil menunjukkan akses jalan yang harus saya lalui.
Sejauh mata memandang di sekeliling air terjun itu hanyalah rimbun pepohonan. Keindahannya semakin menambah rasa penasaran dan menggerakkan keinginan untuk segera mencapainya.
***
Rasanya jarak 1 Km yang disebutkan petugas sebelumnya tidak sesuai kenyataan. Entah karena kondisi medan yang menantang atau karena saya yang berjalan lambat. Bersyukur dalam lelah yang mulai membuat langkah kaki terasa berat, saya telah sampai di sungai yang menjadi petunjuk akhir lokasi Coban Glotak. Suara gemuruh air terjun pun semakin terdengar jelas tanda sudah cukup dekat dengan Coban Glotak.
Airnya yang bening menggoda saya untuk mencelupkan kaki. Luar biasa, sensasi dingin di kulit terasa sangat menyegarkan. Spontan saya langsung membasuh muka dan kedua lengan berulang kali. Pada sebuah batu besar saya kemudian duduk sambil terus merendam kaki.
***
Setelah cukup beristirahat, saatnya berjalan melawan arah aliran sungai menuju Coban Glotak. Perlu kehati-hatian mencari pijakan yang stabil di tengah arus sungai agar tidak terpeleset dan terperosok.
Semakin dekat memandang Coba Glotak saya semakin terpesona. Air yang jatuh deras menghasilkan bunyi riuh gemeletak saat menghantam bebatuan di bawah. Menurut masyarakat itulah yang menjadi sebab dinamakan "Glotak". Di bagian bawah percikan airnya membentuk buih dan kabut putih. Kemudian terkumpul dalam sebuah telaga sebelum kemudian mengalir ke sungai.
Berulang kali saya menarik napas panjang demi puas merasakan hawa segar. Ketika mengembuskannya perlahan, saya menemukan diri tak henti berdecak dan tersenyum. Menerawang ke sekeliling dan meyakini bahwa Coban Glotak sungguh eksotis.
Ingin rasanya berlama-lama di sini, tapi harus disudahi. Meski hanya sekitar 3 jam berada di lereng Gunung Kawi, Coban Glotak telah memahat kekaguman dan kesan yang luar biasa. Selain air terjunnya yang eksotis dan hutannya yang teduh, keheningan yang melingkupinya juga membuat hati senang dan tenang. Lain kali saya akan datang lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H